Jumat, 14 Oktober 2011

SUKSES MERAIH CITA - CITA SEBAGAI SARJANA

Sukses Meraih Cita – Cita Sebagai Sarjana Semua orang menginginkan agar hidupnya sukses. Mereka ingin menjadi orang yang dianggap hebat, baik di bidang pendidikan, ekonomi, status social dan lainnya. Di bidang pendidikan misalnya, mereka menghendaki agar berhasil meraih jenjang pendidikan tertinggi dibanding teman-temannya. Di bidang ekonomi, mereka ingin menjadi kaya, melebihi orang lain. Dan begitu juga dalam status social, mereka ingin menjadi orang terpandang, sebagai tokoh, orang yang didengar pendapatnya dan diikuti perilakunya. Hal serupa juga dicita-citakan oleh mahasiswa. Mereka pada umumnya ingin mendapatkan indeks prestasi tertinggi, lulus dan diwisuda dengan tepat waktu. Selesai kuliah, berharap segera mendapatkan pekerjaan, dihormati orang, dan diposisikan sebagai orang pilihan, pendapatnya didengarkan dan perilakunya dijadikan acuan banyak orang. Harapan seperti itu wajar, dan justru jika tidak memiliki cita-cita seperti itu, malah terasa aneh. Ada orang sebatas cita-cita saja tidak memilikinya. Akan tetapi memang anehnya tidak semua orang mau menempatkan diri pada jalan yang memungkinkannya berhasil meraih cita-cita itu. Orang sukses di bidang apa saja selalu disebabkan oleh karena yang bersangkutan berhasil menempatkan diri pada posisi yang tepat. Jalan menuju sukses harus dilalui bagi orang yang menginginkannya. Tidak akan mungkin seorang menjadi sukses dalam hidupnya, jika mereka tidak menampatkan diri pada jalan itu. Seorang pedagang menjadi sukses, karena mereka berhasil menyesuaikan diri dengan jalan sukses pada umumnya sebagai seorang pedagang. Seorang petani sukses karena mereka mengolah lahan pertaniannya secara tepat. Mereka berhasil mendapatkan lahan yang subur dan luas, mengolah tanahnya dengan cara yang tepat. Pintar memilih jenis tanaman, bibit unggul, pemupukan dan bahkan hingga memasarkan hasil pertaniannya dan seterusnya. Demikian pula seorang calon mahasiswa, tatkala diterima masuk perguruan tinggi, mereka ingin sukses, kelak menjadi seorang ahli sesuai dengan jurusan yang dipilihnya. Cita-citanya berhasil dibangun. Mereka memiliki imajinasi tentang masa depan yang jelas. Mereka ingin menjadi sarjana yang hebat, tidak sebagaimana sarjana pada umumnya. Dengan pilihan itu, maka mereka akan bisa berbuat untuk kepentingan dirinya, keluarganya, dan masyarakatnya. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah setiap mahasiswa selalu mengambil sikap seperti itu. Ternyata dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Biasanya, beberapa minggu mengikuti kegiatan pendidikan di kampus, mereka berhasil membangun semangat. Perpustakaan didatangi, buku-buku yang dianggap penting untuk menunjang belajarnya dibeli, jadwal kegiatan disusun secara rapi, dan bahkan teman-teman yang dianggap bisa mendorong keberhasilannya didekati. Namun ternyata, tidak lama kemudian semangat itu kendor. Kuliah dijalani hanya sebatas memenuhi tuntutan formal. Mereka masih datang ke ruang kuliah sebagaimana teman-teman lainnya. Demikian pula, mereka juga mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Tetapi tugas itu hanya dikerjakan sebatas untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan. Hari ke hari, hidup di kampus seperti itu dijalani, tetapi semua itu seperti tidak ada lain kecuali hanya sebatas memenuhi syarat dan rukun hidup di perguruan tinggi. Semangat atau jiwa belajar segera redup. Sedangkan yang tersisa hanyalah sebatas datang ke ruang kuliah, mencatat, mengerjakan tugas, mengikuti ujian, dan akhirnya lulus berhasil mengumpulkan sejumlah sks sebagai syarat dinyatakan lulus menjadi sarjana. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah mereka itu telah berada pada jalan menuju sukses yang sebenarnya. Tentu jawabnya tidak sederhana. Jika yang dimaksud sukses hanya sebatas mendapatkan ijazah, maka setelah berhasil mengumpulkan sejumlah sks sebagaimana yang dipersyaratkan, mereka akan diwisuda dan selembar ijazah yang dicita-citakan akan segera diperoleh. Selanjutnya, jika kebetulan ada lowongan penerimaan CPNS, ijazah itu juga bisa digunakan untuk mendaftar dan manakala beruntung lulus, yang bersangkutan akan menjadi pegawai negeri. Pada batas-batas seperti ini, mereka sukses. Akan tetapi, apakah hanya sesederhana itu yang dicita-citakan. Jika yang dicita-citakan lebih dari itu, yaitu menjadi orang yang terpandang melebihi orang lain pada umumnya, maka sudah barang tentu apa yang dijalankan sebagaimana digambarkan di muka masih kurang mencukupi. Sebagai orang yang terpandang maka harus membekali diri dalam berbagai halnya melebihi dari lainnya. Jika orang biasa hanya selalu berpikir untuk dirinya, maka sebagai orang yang memiliki kelebihan harus berpikir bagi orang lain. Jika orang lain pada umumya, masih memerlukan dorongan, maka orang berlebih yang disebut sukses itu justru selalu mendorong orang lain. Seorang yang sukses, karena kelebihan yang dimilikinya itu harus selalu berposisi sebagai pemberi. Mereka harus menempatkan diri sebagai inspirator, motivator, dinamisator, atau kekuatan penggerak bagi lainnya. Dengan cara itu, mereka bukan lagi menjadi orang biasa atau sebagai orang pada umumnya. Orang sukses selalu mampu menempatkan diri, yaitu berada pada jalan atau pintu menuju keberhasilan itu. Posisi itu diraih, karena mereka berhasil membangun jiwa maju dan dinamis, dan dilakukan secara istiqomah. Mereka memiliki keberanian dan tekat untuk meraih cita-citanya itu. Padahal pintu atau jalan itu tidak selalu mudah dilalui, namun tetap dipilih dan dijalaninya. Bahkan berbagai rintangan selalu menghadang, tetapi tidak pernah dijauhi. Bermodalkan keberaniannya itu justru rintangan itu selalu didekati dan disingkirkannya. Hidup sukses memang ada pintu dan jalannya, sedangkan siapa saja yang ingin meraihnya , pintu atau jalan itu harus dilalui. Sumber : http://rektor.uin-malang.ac.id/index.php/artikel/1212-pintu-meraih-sukses-dalam hidup.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar