Jumat, 26 Juni 2015

Sebelum Harga Beras Naik 500%

Jaringan teman-teman lama saya di pusat asuransi dan risk management dunia – Lloyd’s of London, hingga kini masih rajin mengirimi saya update tentang berbagai hal. Yang menarik saya adalah kiriman terakhir dari laporan sejumlah pakar manajemen resiko disana yang diberi judul Food System Shock. Para pakar ini bekerja berdasarkan data statistik utamanya, kemudian memadukannya dengan perkembangan terakhir yang terkait perubahan iklim, geopolitik, dan tentu juga kondisi ekonomi dunia akhir-akhir ini. Dari risk modeling yang mereka buat, mereka sampai berkesimpulan harga beras dunia bisa naik sampai 500% !

Laporan singkat – hanya 28 halaman ini mestinya menjadi rujukan para pengambil keputusan di negeri ini juga. Meskipun mereka para ahli di bidangnya, harus diakui mereka juga sering keliru dalam memperkirakan suatu kejadian resiko. Tetapi juga tidak kalah sering munculnya kejadian yang sangat mirip dengan risk modeling mereka.

Ketika akhir 90-an mereka mengingatkan dunia tentang resiko Genetically Modified Organism (GMO) misalnya, resiko tersebut kini bener-bener menghantui dunia pangan. Demikian pula dengan risk modeling di resko gempa bumi, banjir, perubahan iklim dlsb. banyak yang kemudian terbukti sangat dekat dengan kejadian yang sesungguhnya di kemudian hari.

Nah ringkasan dari laporan yang saya sebutkan di atas, tersaji dalam gambar dibawah.



Food Schock Scenario by Lloyd's of London
 

Harga beras tidak ujug-ujug naik, sejumlah kejadian global saling mempengaruhi satu sama lain. Dampak dari serangkaian kejadian ini harga gandum, jagung dan kedelai diperkirakan bisa naik empat kalinya. Setelah itu baru harga beras yang akan terpukul paling parah – yaitu naik sampai 5 kalinya atau 500 % !

Mengapa ini bisa terjadi ? Kita tahu dua negara berpenduduk paling banyak di dunia yaitu China (1.39 milyar jiwa) dan India (1.26 milyar jiwa) keduanya adalah bangsa pemakan beras. Ketika produksi beras dunia turun sedikit saja – dalam skenario turun 7 % - ditengah jumlah penduduk dunia yang terus bertambah, maka dunia akan berebut beras secara luar biasa. Saat itulah harga beras akan meroket hingga bisa lebih dari 500 %.

Worst case scenario semacam ini tentu bukan bermaksud menakut-nakuti kita, tetapi sebaliknya justru agar kita lebih siap dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk semacam ini. Lantas apa yang bisa kita lakukan ?

Meskipun masih terus makan beras, ada baiknya kita mulai membiasakan jenis-jenis makanan lain yang utamanya tidak menjadi objek perebutan dunia seperti beras tersebut. Atau kalau toh kita masih sangat suka makan beras dan belum mau makan makanan lainnya, negeri ini harus bener-bener berupaya maksimal untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Sebab kalau kita harus impor, sangat bisa jadi kita akan kalah berebut dengan China dan India tersebut di atas – ketika ada gangguan produksi beras dalam skala global.

Sumber  makanan lain seperti kurma,  sukun (bread fruit) dan pisang  menurut saya bisa menjadi kuda hitam dalam penyediaaan bahan pangan alternatif, bila bahan makanan dunia terganggu supply -nya.

Untuk kurma jelas karena ada di hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa rumah yang ada kurmanya tidak akan kelaparan, insyaAllah kurma bisa menjadi strategi yang jitu untuk mencegah kelaparan dunia.

Sukun dan pisang selain mudah ditanam di negeri ini di tanah tegalan sekalipun, keduanya bisa menjadi sumber tepung yang kaya gizi. Kalau sudah menjadi tepung, selain awet disimpan juga bisa menjadi produk olahan makanan apa saja.

Selain dampaknya terhadap penyediaan bahan pangan alternatif, kurma, sukun dan pisang adalah jenis tanaman-tanaman yang membantu mengelola air secara efektif , menurunkan suhu udara lingkungannya serta memperbaiki kwalitas udara.

Lagi-lagi ini seperti sekali merangkuh dayung, dua tiga pulau terlewati. Sambil kita mengantisipasi gejolak harga bahan pangan dunia – kita juga menjaga kebutuhan dasar lainnya yaitu air dan udara. InsyaAllah.

Sumber : http://geraidinar.com/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1609-sebelum-harga-beras-naik-500

Senin, 08 Juni 2015

Jurnal Skripsi 3



ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

MENGGUNAKAN METODE VALUE FOR MONEY

oleh:

Harry Saputra Liando1 David Paul Elia Saerang2 Inggriani Elim3

1,2,3Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Samratulangi, Manado

e-mail : 1 harry_jokey20@yahoo.com 2 d_saerang@lycos.com

3 e_inggriani@yahoo.com
ABSTRAK

Kinerja keuangan merupakan sangat penting untuk dikaji dalam organisasi sektor publik termasuk pemerintahan. Sejak diterapkan penganggaran berbasis kinerja, pemerintah daerah dituntut untuk mampu menghasilkan kinerja keuangan secara baik. Meningkatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik seperti pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga negara diharapkan dapat mengurangi terjadinya pemborosan, kebocoran dana dan mendeteksi program-program yang tidak layak secara ekonomi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 2012 sampai 2013 dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode value for money untuk mengukur kinerja keuangan dari segi ekonomis, efisiensi dan efektifitas dalam laporan realisasi anggaran tahun 2012 dan tahun 2013. Hasil analisis kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dari segi ekonomis disimpulkan bahwa pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam mengoptimalisasi anggaran harus lebih hemat dan tepat sasaran, dari segi efisiensi harus ditingkatkan lagi sehingga masyarakat merasakan hasil otonomi terutama nominal anggaran yang lebih berpihak pada kepentingan masyarakat,dan dari segi efektifitas dapat diperbaiki dengan upaya peningkatan secara berkesinambungan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah sebaiknya mengoptimalkan anggaran, serta aparatur pengelola anggaran agar dapat lebih tepat sasaran dan di nikmati oleh masyarakat.

Kata kunci: value for money, ekonomi, efisiensi, efektifitas

ABSTRACT

Financial performance is very important to be included in the public administration sector. By budgeting, since its performance local governments are required to be able to make a good financial performance. Rising public demands for accountability for the organization of the public sector, such as the regional and central govt. The government ' s work, departments and state institutions are expected to reduce the waste, the fund programs to detect and economically. The aim of this research is to find out the financial performance of the island in 2011 until 2013 sangihe with deskriptif quantitative analysis method. By using the method of value for money to be measured in terms of economic, financial performance efficiency and effectiveness in the realization of the budget for 2012 and 2013 The results of an analysis of the financial performance of the government kepulauan sangihe in terms of economical concluded that the government kepulauan sangihe in optimizing the budget must be more efficient and right on target, in terms of efficiency must be improved, so people feel the results of autonomy especially nominal budget that is more inclined to the public interest, and in terms of the effectiveness of repairable with efforts to improve sustainably in order to increase public welfare. Because of that the government had to optimize apparatus budget management and budget so that could be effectively and in enjoy by the public.

Keywords: value for money, economic, efficiency, effectiveness


1686
Jurnal EMBA

Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 1686-1694

ISSN 2303-1174                                 H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim.  Analisis Kinerja Keuangan
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang menyatakan bahwa pemerintah daerah hanya terdiri dari pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota tidak ada lagi daerah kotamadya. Dan dalam Undang-Undang tersebut tidak dikenal lagi pembagian daerah sebagai daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Sehingga dengan diberlakukannya undang-undang tersebut tersebut maka daerah-daerah yang ada di Indonesia harus membiayai pembangunan daerahnya masing-masing tanpa menghandalkan subsidi dari pemerintah pusat lagi.

Kinerja keuangan merupakan salah satu isu yang sangat penting untuk dikaji dalam organisasi sektor publik termasuk pemerintahan, sejak diterapkannya penganggaran berbasis kinerja, semua pemerintah daerah dituntut untuk mampu menghasilkan kinerja keuangan pemerintah daerahnya secara baik. Semakin meningkatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik seperti pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaganegara diharapkan dapat mengurangi terjadinya pemborosan, kebocoran dana dan mendeteksi program-program yang tidak layak secara ekonomi.
Pengukuran kinerja yang digunakan oleh organisasi sektor publik, adalah pengukuran kinerja yang tradisional. Metode ini memusatkan pada aspek keuangan saja. Namun dengan menggunakan metode value for money.Value for money menurut Mardiasmo (2002:4) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektifitas. ekonomis: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. ekonomis merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu untuk penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektifitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Data dari Badan Pusat Statistik (2013:5) Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki luas wilayah 1.012,94 km² dan berpenduduk sebanyak 128.732 jiwa. Sebagai salah satu kabupaten terbesar di Sulawesi Utara, pemerintah kabupaten terus mengupayakan peningkatan kinerja pelayanan terhadap masyarakat.

Tabel 1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah per 31 Desember tahun 2012

No.
Uraian
Target 2012(Rp)
Realisasi 2012(Rp)
%
1
Pendapatan
536.584.670.123,00
532.876.695.669,17
99,31
2
Pendapatan Asli Daerah
30.468.830.988,00
27.988.410.577,75
91,86
3
Belanja
573.918.744.933,00
538.843.703.029,00
93,89

Sumber : Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe 2012

Tabel 2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah per 31 Desember tahun 2013

No
Uraian
Target 2013(Rp)
Realisasi 2013(Rp)
%
1
Pendapatan
620.773.060.325,48
618.793.331.352,39
99,68
2
Pendapatan Asli Daerah
34.620.154.464,48
32.165.776.372,39
92,91
3
Belanja
644.648.962.975,54
598.076.222.875,00
92,78
Sumber : Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe 2013

Laporan realisasi anggaran tahun 2012 secara keseluruhan memperlihatkan bahwa target penerimaan ditetapkan sebesar Rp 536.584.670.123 dan realisasinya sebesar Rp 532.876.695.669,17 atau 99,31 %. Selanjutnya untuk tahun 2013 target penerimaan sebesar Rp 620.773.060.325,48 dan realisasi penerimaan Rp 618.773.331.352,39 atau 99,68 %. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa baik penerimaan maupun belanja setiap tahunnya menunjukkan kenaikan. Apabila dilihat dari pendapatan asli daerah dimana target penerimaan yang ditetapkan tahun 2012 sebesar Rp 30.468.830.988,00 dan realisasinya Rp 27.988.410.577,75 atau 91,86 %. Untuk tahun 2013 target penerimaan dari pendapatan asli daerah sebesar Rp 34.620.154.464,48 dan realisasinya
1687
Jurnal EMBA

Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 1686-1694

ISSN 2303-1174                                 H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim.  Analisis Kinerja Keuangan
sebesar Rp 32.168.776.372,39 atau 92,91%. Bila dibandingkan dengan realisasi belanja dimana target tahun 2012 ditetapkan sebesar Rp 573.918.744.933 dan realisasi belanja sebesar Rp 538.843.703.029,00 nampak bahwa belanja masih lebih besar dari penerimaan. Hal ini berbeda dengan belanja tahun 2013 dimana target belanja yang ditetapkan sebesar Rp 644.648.962.975,54 dan realisasi belanja sebesar Rp 598.076.222.875. masih dibawah total realisasi penerimaan. Dari laporan keuangan memperlihatkan bahwa pengeluaran masih didominasi dari belanja pegawai.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe di tinjau dari segi ekonomis, efisiensi dan efektifitas dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013.

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Sektor Publik
Mahmudi (2011:34) mengungkapkan bahwa Akuntansi sektor publik berperan penting dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan yang berkualitas memiliki karakteristik dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan dapat dibandingkan. Selain itu, kualitas kualitas laporan keuangan juga dapat dilihat dari hasil opini auditor. Jika laporan hasil pemeriksaan(LHP) auditor independen memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), maka hal itu menandakan laporan keuangan yang disajikan sangat baik. Jika opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) maka hal mengindikasikan laporan keuangan disajikan cukup baik. Jika opini yang diberikan Tidak Wajar (TW), maka hal itu menunjukkan laporan keuangan buruk. Jika auditor memberikan pendapat Disclaimer Opinion, maka hal itu menunjukkan laporan keuangan sangat buruk.

Value for Money

Value for money menurut Mardiasmo (2002:130) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektifitas. Ekonomis: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomis merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu untuk penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektifitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Mahmudi (2010:20) mendefinisikan value for money sebagai penghargaan terhadap nilai uang, hal ini berarti bahwa setiap rupiah harus di hargai secara layak dan di gunakan sebaik-baiknya.Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah dan sektor publik. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan semata, akan tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama sehingga benar-benar menggambarkan kinerja pemerintah yang sesungguhnya.

Indikator Value for Money

Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Mardiasmo (2002:130) mengungkapkan Indikator Value for Money dibagi menjadi dua bagian yaitu indikator alokasi biaya (ekonomis dan efisiensi) dan indikator kualitas pelayanan (efektifitas). Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi (seperti staf, upah, biaya administrasi) dan keluaran yang dihasilkan. Sedangkan indikator efektifitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.

Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena disatu pihak mungkin pelaksanaannya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisien akan tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Atau di lain pihak sebuah program dapat dikatakan efektif dalam mencapai tujuan. Akan tetapi mungkin dicapai dengan cara yang tidak ekonomis dan efisien. Jika suatu program efektif dan efisien maka program yang dijalankan dapat dikatakan cost-effectivenees. Indikator efektifitas biaya

1688
Jurnal EMBA

Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 1686-1694

ISSN 2303-1174                                 H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim.  Analisis Kinerja Keuangan
merupakan kombinasi informasi efisiensi dan efektifitas dan dapat memberikan ukuran kinerja bottom line yang dalam sektor publik diidentikkan dengan pelayanan publik.

Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Value for money

Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah dan sektor publik Mardiasmo (2002:130) . Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan semata, akan tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama. Permasalahan yang sering muncul adalah sulitnya mengukur output karena output yang dihasilkan pemerintah tidak selalu berupa output yang berwujud (tangible output), tetapi kebanyakan juga bersifat output tidak berwujud (intangible output). Ukuran kinerja pada dasarnya berbeda dengan indikator kinerja. Perbedaan antara ukuran kinerja dengan indikator kinerja adalah:

1.        Ukuran kinerja, umumnya mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, misalnya: laporan keuangan pemerintah.

2.        Indikator kinerja, mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.
Ekonomis

Ekonomis terkait dengan pengkonversian input primer berupa sumber daya keuangan menjadi input sekunder berupa tenaga kerja, bahan infrastruktur, dan barang modal yang di konsumsi untuk kegiatan operasi organisasi. Konsep ekonomi sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh unit input. Ekonomis memiliki pengertian bahwa sumber daya input hendaknya di peroleh dengan harga lebih rendah yaitu harga yang mendekati harga pasar. Secara matematis ekonomis merupakan perbandingan antara input dengan nilai rupiah untuk memperoleh input tersebut.

Ekonomis =
input

x 100 %
…………(Mahmudi, 2011:21)

harga input (Rp)



Ekonomis merupakan konsep yang sifatnya relatif. Relatifitas konsep ekonomi tersebut bisa di sebabkan karena faktor lokasi dan waktu kedua faktor tersebut terkait dengan harga pasar yang berbeda. Harga pasar untuk input yang sama bisa berbeda karena waktu dan lokasi yang berbeda.

Efisiensi

Efisiensi terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang di hasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Secara matematis, efisiensi merupakan perbadingan antara output dengan input atau dengan istilah lain output per unit input. Suatu organisasi program atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well).

Efisiensi =  output  x 100 %                            …………(Mahmudi, 2011:22)

input

Efektifitas

Efektifitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektifitas ini pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Efektifitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya di capai. Efektifitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Jika ekonomi berfokus pada input dan efisiensi pada input atau proses, maka efektifitas berfokus pada outcome (hasil). Suatu organisasi, program atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan, atau di katakan spending wisely.

Efektifitas =  outcome   x 100 %
…………(Mahmudi, 2011:22)





output









1689
Jurnal EMBA

Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 1686-1694

ISSN 2303-1174                                 H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim.  Analisis Kinerja Keuangan


Penelitian Terdahulu

Kurrohman (2013) dalam penelitian berjudul Evaluasi Penganggaran Berbasis Kinerja Melalui Kinerja Keuangan Yang Berbasis Value for Money Di Kabupaten/Kota Di Jawa Timur. Dalam penelitian ini penulis ingin menguji kinerja keuangan pemerintah daerah setelah menggunakan anggaran berbasis kinerja dengan pendekatan Value for Money. Dengan melakukan uji beda sebelum menggunakan anggaran berbasis kinerja dengan sesudah menggunakan anggaran berbasis kinerja. Hasil dari penelitian ini adalah pemerintah daerah lebih ekonomis dan efesien dalam pengelolaan keuangannya setelah menggunakan anggaran berbasis kinerja. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Taufik Kurrohman (2013) terletak pada penggunaan variabel Value for Money dalam pengukuran kinerja pemerintah. Sedangkan perbedaannya terletak pada waktu dan tempat pelaksanaan penelitian.

Nazril (2013) dalam penelitian berjudul Penerapan Konsep Value for Money dalam Menilai Kinerja Pelayanan Sektor Publik pada Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar. Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat kinerja instansi pemerintah, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar untuk tahun anggaran 2011 dan sebagai gambaran penggunaan konsep value for money pada instansi pemerintah. Penulis menganalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif (descriptive kuantitative analysis method), yaitu dengan menerapkan konsep value for money sebagai alat pengukuran kinerja. Unsur-unsur dari konsep value for money, yaitu menghitung tingkat ekonomis, efisiensi dan efektifitas dari penggunaan anggaran tahun 2011. Hasil penelitian ini, yaitu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar telah memenuhi prinsip value for money, yaitu ekonomis, efisien dan efektifitas. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis kuisioner yang disebarkan kepada pelanggan/konsumen.
Alni (2006) dalam penelitian berjudul Analisis kinerja keuangan belanja kegiatan dengan pendekatan value for money pada Sekertariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Alat analisis yang digunakan adalah pengukuran efisiensi dan pengukuran efektifitas, berdasarkan hasil pengukuran pada indikator masukan (input) menunjukkan bahwa biro-biro yang terdapat pada instansi Sekertariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan untuk tahun anggaran 2004 tidak menggunakan semua input dana/anggaran dari yang telah dianggarkan /direncanakan untuk setiap kegiatan, sedangkan jika dilihat dari pengukuran indikator keluaran (output) dapat dilihat bahwa sebagian besar target pencapaian fisik berhasil direalisasikan. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran hasil (outcome) dapat dikatakan bahwa publik/pelanggan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh instansi Setda Provinsi Sulawesi Selatan umumnya merasa puas dengan pencapaian rata-rata 70%.

METODELOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect) penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena serta mencari keterangan secara faktual yaitu penelitian yang bersifat menjelaskan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan menggunakan metode value for money.

Jenis Data dan Sumber Data

Data terbagi dua yaitu data primer dan data sekunder. Kuncoro (2013:124) mendefinisikan data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu data yang diperoleh secara langsung pada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe baik melalui wawancara langsung, maupun dengan pemberian kuisioner kepada para pegawai. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga pengumpul data atau pihak-pihak lain yang datanya telah diolah terlebih dahulu.

Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1.        Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang akurat

2.        Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pimpinan dan pegawai Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe.



1690
Jurnal EMBA

Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 1686-1694

ISSN 2303-1174                                 H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim.  Analisis Kinerja Keuangan
3.         Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen-dokumen perusahaan serta arsip-arsip perusahaan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.

4.         Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan mempelajari berbagai literatur, buku, referensi, dan sebagainya yang digunakan dalam penelitian ini.

Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu dengan mengumpulkan data, disusun, diinterprestasikan, dan dianalisis sehingga memberikan kesimpulan yang jelas dan objektif terhadap masalah yang ada yaitu mengenai kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan menggunakan metode value for money, yaitu dilihat dari segi ekonomis, efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran. Untuk mengukur kinerja secara ekonomis digunakan formula sebagaimana diuraikan dalam tinjauan pustaka oleh Mahmudi (2011:21) yaitu :


Ekonomis =



input


x 100%












anggaran (Rp)











Mengukur kinerja dari segi efisiensi dapat menggunakan formula :









output








Efisiensi =


x 100%
















input
























Mengukur kinerja dari segi efektifitas maka formulanya adalah :




Efektifitas =


outcome

x 100%





output


























HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian

Pengukuran Kinerja Keuangan Tahun 2012 dan tahun 2013

Kinerja Keuangan ditinjau dari segi ekonomis
Nilai ekonomis tahun 2012 :









Ekonomis =

input

x 100%










anggaran (Rp)

















= 538.843.703.029,00
x100 %  = 93,89 %



573.918.744.933,00



*Keterangan :







Input
= Realisasi Belanja Tahun 2012



Anggaran
= Target Belanja Tahun 2012



Nilai ekonomis tahun 2013 :














Ekonomis =

input

x 100%










anggaran (Rp)

















=  598.076.222.875,00 x100 % = 92,78 % 644.648.962.975,00
*Keterangan :

Input = Realisasi Belanja Tahun 2013 Anggaran = Target Belanja Tahun 2013

Kinerja keuangan ditinjau dari segi efisiensi
Nilai efisiensi tahun 2012 :

output

Efisiensi = input x 100% = 95,53 x100% = 103,37 %
92,41

Nilai efisiensi tahun 2013 :





output



Efisiensi =
x 100%


input















1691


Jurnal EMBA



Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 1686-1694


ISSN 2303-1174                                 H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim.  Analisis Kinerja Keuangan
=  93,29  x100% = 100,41 %

92,90

Kinerja Keuangan Ditinjau dari Segi Efektifitas

Nilai efektifitas tahun 2012:


outcome   x 100%

Efektifitas =



output








=   538.843.703.029 x100%= 93,89 % 573.918.744.933

*Keterangan:

outcome = Realisasi Belanja 2012 output = Target Belanja 2012


Nilai efektifitas tahun 2013:






Efektifitas =
outcome   x100%



output












=   598.076.222.875
x100%= 92,78%




644.648.962.975




*Keterangan:






outcome
= Realisasi Belanja 2013




output
= Target Belanja 2013








Tabel 3. Hasil Pengukuran Kinerja Keuangan dengan metode Value for Money



Pengukuran
Tahun 2012(%)
Tahun 2013(%)









Ekonomis
93,89

92,78



Efisiensi
103,37

100,41



Efektifitas
93,89

92,78


Sumber: Data Olahan 2013

Pembahasan

Anggaran pendapatan dan belanja daerah pada kondisi era otonomi seperti sekarang ini disusun berdasarkan pendekatan kinerja. Anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kinerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang digunakan. Sudah tentu pemerintah daerah berupaya melakukan kontrol dengan berpegang pada prinsip pengelolaan yang baik guna mencapai good governance.

Kinerja Keuangan Ditinjau dari Segi Ekonomis

Hasil analisis dari segi ekonomis dimana untuk tahun 2013 terjadi sedikit penurunan di banding dengan tahun 2012. Pada penerimaan/pendapatan untuk tahun 2012 dan Realisasi Anggaran Belanja menunjukkan kenaikan, artinya realisasi belanja lebih besar dari total realisasi penerimaan daerah secara keseluruhan. Hal ini berbeda dengan tahun 2013 dimana Realisasi Anggaran Penerimaan/Pendapatan dan realisasi anggaran belanja menunjukkan terjadi penurunan. Hasil analisa ekonomis berdasarkan data laporan keuangan dari jumlah realisasi belanja menunjukkan bahwa komponen belanja modal masih didominasi oleh belanja pegawai. Karena itu optimalisasi pengelolaan anggaran yang berpihak kepada pelayanan publik sangatlah penting.

Kinerja Keuangan Ditinjau dari Segi Efisiensi.

Hasil analisa efisiensi untuk tahun 2012 dan tahun 2013, menunjukkan bahwa dapat dikatakan kinerja pengelolaan anggaran belanja pemerintah sudah baik karena nilai output lebih besar dari nilai input yang digunakan. Sejalan dengan upaya memantapkan kemandirian pemerintah yang pada hakekatnya diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya untuk menggali potensi daerah, meningkatkan kualitas pelayanan guna kesejahteraan masyarakat dan mendorong masyarakat ikut serta berperan dalam pembangunan di daerah.

1692
Jurnal EMBA

Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 1686-1694

ISSN 2303-1174                                 H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim.  Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan Ditinjau dari Segi Efektifitas
Anggaran pendapatan dan belanja daerah pada era sekarang ini semuanya disusun berdasarkan pendekatan kinerja. Artinya diupayakan dengan input yang digunakan menghasilkan output yang lebih maksimal. Dari hasil analisa diatas menunjukkan bahwa tingkat efektifitas penggunaan anggaran dan alokasi anggaran secara nominal tahun 2012 lebih kecil dari tahun 2013, artinya bahwa pengelolaan anggaran ditahun 2012 lebih efektif dibanding dengan tahun 2013 walaupun pengukuran kinerja efektifitas merupakan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya, namun efektifitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Penelitian Nazril (2013) yang menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa telah memenuhi prinsip metode value for money yaitu ekonomis, efisiensi dan efektif yang berpengaruh baik terhadap pengelolaan kinerja keuangan, sedangkan dalam penelitian ini masih ada beberapa kinerja keuangan yang harus di perbaiki untuk memenuhi prinsip metode value for money untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya untuk menggali potensi daerah, meningkatkan kualitas pelayanan guna kesejahteraan masyarakat dan mendorong masyarakat ikut serta berperan dalam pembangunan didaerah.

PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dalam penelitian ini adalah :

1.        Kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam mengoptimalisasi aggaran harus lebih hemat dan tepat sasaran.

2.        Kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe harus ditingkatkan lagi sehingga masyarakat merasakan hasil otonomi terutama nominal anggaran yang lebih berpihak pada kepentingan masyarakat

3.        Kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat diperbaiki dengan upaya adanya peningkatan secara berkesinambungan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Saran

Saran yang penulis sampaikan untuk pertumbuhan ekonomi serta pengelolaan kinerja keuangan pemerintah kabupaten Sangihe antara lain :

1.        Pemerintah  Kabupaten  Kepulauan  Sangihe  dalam  mengoptimalisasi  anggaran  harus  ditingkatkan

sebagaimana visi dan misi dan jiwa otonomi daerah.

2.    Meningkatkan kinerja keuangan sehingga masyarakat merasakan hasil otonomi terutama nominal anggaran yang lebih berpihak pada kepentingan masyarakat.

3.        Meningkatkan pembangunan serta penyediaan sarana dan prasarana agar hasil kinerja dinikmati oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Alni, Ilham. 2006. Analisis kinerja keuangan belanja kegiatan dengan pendekatan value for money pada sekertariat daerah provinsi Sulawesi selatan. Skripsi Universitas Hasanudin http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1885. Diakses tanggal 4 Februari 2014, Hal 2 - 14.

Badan Pusat Statistik Kab. Sangihe. 2013. Sangihe Dalam Angka. Tahuna.

Kurrohman, Taufik. 2013. Evaluasi Penganggaran Berbasis Kinerja Melalui Kinerja Keuangan Yang Berbasis Value For Money Di Kabupaten/Kota Di JawaTimur. Jurnal Dinamika Akuntansi Volume 5 No 1 (2013) Universitas Jember http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jda/article/view/2558. Diakses tanggal 24 Januari 2014, Hal 1 – 8.



1693
Jurnal EMBA

Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 1686-1694

ISSN 2303-1174                                 H.S. Liando., D.P. E. Saerang., I. Elim.  Analisis Kinerja Keuangan


Mudrajad, Kuncoro. 2003. Metode Riset untuk Ekonomi dan Bisnis. Erlangga, Jakarta.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, EdisiKedua. STIM YKPN, Yogyakarta.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik.  UII Press, Yogyakarta.

Nazril, Naim. 2013. Penerapan Konsep Value for Money dalam Menilai Kinerja Pelayanan Sektor Publik pada Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar. Skripsi Universitas Hasanudin http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/6634. Diakses tanggal 4 Februari 2014, Hal 5 - 23.
Republik Indonesia. 1999. Undang  - Undang Otonomi Daerah nomor 22 tahun 1999. Otonomi Daerah. Jakarta.

Republik Indonesia. 2000. Peraturan pemerintah nomor 105 tentang pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah. Jakarta.

Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Stadart Minimal Pelayanan. Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Undang – Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Pendapatan Asli Daerah. Jakarta.









































1694
Jurnal EMBA

Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 1686-1694