Dalam suatu hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Manusia itu bagaikan seratus unta, hampir-hampir tidak engkau temukan satupun rahilah” (HR. Bukhari). Lantas apa rahilah itu ?, dia adalah unta yang enak untuk ditunggangi, kuat mengangkat beban yang berat, kuat untuk melakukan perjalanan yang sangat jauh dan enak pula dipandang mata. Yang demikian itu jumlahnya sedikit, tidak lebih dari 1 %.
Bisa kita bayangkan di era Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampai berabad-abad kemudian. Perjalanan dagang maupun perjalanan perang dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh - ratusan kilometer, maka tidak sembarang unta bisa menemani perjalanan-perjalanan berat tersebut. Hanya rahilah – unta pilihan, satu dari seratus unta – yang dapat menanggung beban berat perjalanan panjang seperti ini.
Apa hubungannya rahilah ini dengan kita – kok kita diibaratkan dengan unta tersebut ? manusia seperti kita ini memang juga demikian, dari sekian banyak manusia yang ada – yang berkwalitas hanya sangat sedikit, tidak lebih satu dari setiap seratus orang.
Seperti masuk perguruan tinggi terbaik, fakultas terbaik – dari setiap satu kursi diperebutkan oleh seratus orang, maka yang masuk tersebutlah yang terbaik di antara teman-teamannya. Seperti calon pengusaha, seratus orang ikut pelatihan usaha dan berniat untuk menjadi pengusaha – tetapi akhirnya yang benar-benar menjadi pengusaha juga amat sedikit, tidak lebih dari satu orang dari setiap seratus calon pengusaha.
Bahkan saya khawatir, melihat fenomena yang terjadi di negeri ini dengan korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan yang ada – sangat bisa jadi yang kini terpilih menjadi anggota legislatif, menjadi eksekutif dan bahkan juga puncak yudikatif-pun bukan orang-orang pilihan, bukan rahilah.
Rahilah hanya ada 1 % dari mereka, dari setiap seratus anggota legislatif hanya ada satu yang benar-benar baik. Dari setiap seratus kepala daerah, hanya ada satu yang benar-benar baik, dst. Anda bisa cek ini dengan spontanitas, dari ratusan kepala daerah yang ada, siapa yang baik di benak Anda ? tidak lebih satu atau dua nama saja. Dari ratusan anggota dewan yang terhormat, siapa yang baik di benak Anda ? belum tentu Anda mengenal satu orang-pun dari mereka !
Walhasil ‘rahilah’ itu memang sangat sedikit di antara kita, ‘rahilah-rahilah’ di bidang apapun, baik itu di bidang pendidikan, ekonomi, usaha, politik, pemikiran dlsb.
Tetapi sangat sedikit bukan berarti tidak ada, dan disinilah peluang terbaik bagi kita semua untuk menjadi ‘rahilah’ di bidang kita masing-masing. Bila di negeri ini ada sekitar 200 juta muslim, maka ada peluang untuk 2 juta muslim di negeri ini menjadi ‘rahilah’ – yaitu orang-orang terbaik di bidangnya masing-masing.
Menjadi yang terbaik ini bukan hanya keinginan atau kebutuhan kita, tetapi juga perintah.
Ibnu ‘Abbas menceritakan ; “ Tatkala turun ayat :“Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu orang kafir …(Al Anfal : 65)”. Maka diwajibkan kepada mereka tidak ada seorangpun yang lari dari (menghadapi) sepuluh orang musuh. Abu Sufyan berulang kali mengatakan : “Jangan sampai ada yang lari dua puluh orang dari (menghadapi) dua ratus orang (musuh)”. Kemudian turunlah ayat : “Sekarang Allah telah meringankan kepadamu…(Al Anfal 66)”. Maka diwajibkan jangan sampai ada yang lari seratus orang dari (menghadapi) dua ratus orang (musuh)…” (HR. Bukhari).
Jadi dahulunya setiap seorang yang beriman, dia harus mampu menghadapi dan tidak boleh lari dari sepuluh orang musuh. Kemudian diringankan menjadi satu orang beriman tidak boleh lari dari dua orang musuh ( seratus orang melawan dua ratus orang musuh). Yang namanya di-‘ringankan’ itu pasti menyangkut kewajiban, yang semula ada kewajiban yang berat (1 lawan 10) kemudian diringankan menjadi kewajiban yang lebih ringan (1 lawan 2).
Sekarang bila kita lihat realitanya di lapangan, yang terjadi malah sebaliknya. Umat muslim yang jumlahnya mayoritas di negeri ini, dalam dunia ekonomi dan perdagangan dipecundangi oleh non-muslim yang berjumlah sedikit. Dalam dunia politik, muslim yang sangat banyak ini hanya dianggap sebagai angka untuk perolehan suara. Setelah suaranya diperoleh, tidak lagi menjadi fokus para yang terpilih untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dasar muslim ini seperti kebutuhan akan system keuangan/permodalan yang bebas riba, kebutuhan akan makanan dan obat-obatan yang jelas kehalalannya dlsb.
Dalam situasi seperti ini, masihkah kita bisa menjadi ‘rahilah’ di bidang kita masing-masing ? InsyaAllah masih bisa, bila ada satu orang di setiap 100 orang muslim yang mau serius menempuh jalannya. Seperti apa jalannya ?, ya seperti yang disebutkan dalam rangkaian ayat-ayat tersebut di atas.
“Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu. Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta (menolong) orang-orang yang sabar.” (QS Al Anfal 64-66)
Jalan untuk mencapai keunggulan itu adalah dengan beriman mengikuti Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan bersabar. Maka dengan selalu memperbaiki dan meningkatkan keimanan kita, meningkatkan kesabaran-kesabaran di bidang kita, insyaAllah sebagian kita akan bisa menjadi ‘rahilah’ di bidang masing-masing.
Meskipun rahilah hanya satu dari setiap seratus (1 %), tetapi di tengah muslim Indonesia yang jumlahnya 200-an juta – insyaAllah masih akan bisa hadir 2 juta-an ‘rahilah’. Semoga diantaranya adalah kita semua yang mendapatkan motivasi ini, kemudian menempuh jalannya dengan terus meningkatkan keimanan dan kesabaran. InsyaAllah.
oleh : Muhaimin Iqbal