Berjamaah
sebenarnya juga bukan hanya pada urusan sholat, dalam mengurusi segala
keperluan sehari-hari-pun kita seharusnya berjamaah. Maka ada hadits
yang menganjurkan muslim itu bersyirkah untuk urusan lahan (pangan), air
dan api (energi).
Untuk
urusan yang lebih besar seperti mengurus negara dan kesejahteraan
rakyatnya lebih-lebih lagi mestinya umat ini menjadi jamaah yang satu –
karena kalau tidak maka yang terjadi adalah seperti yang kita alami
sekarang ini. Umat ini masih mayoritas di negeri ini, tetapi sendi-sendi
kehidupannya dikuasai oleh orang lain.
Pentingnya bersatu dalam tali jamaah dan tidak bercerai berai ini diperintahkan langsung oleh Allah dalam ayat berikut :
“Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS 3:103)
Bahkan
secara ilmiah, kehidupan berjamaah juga bisa dibuktikan manfaatnya
melalui apa yang disebut pergeseran kurma normal. Nilai suatu populasi
(bisa nilai apa saja), akan cenderung membentuk distribusi normal atau
visualisasi grafiknya disebut kurva normal.
Misalnya
bila ada 100 orang jamaah dan diukur bacaannya terhadap Al-Qur’an, maka
mayoritasnya akan berada di sekitar rata-rata, kemudian sedikit yang
berada sangat baik diatas rata-rata dan sedikit pula yang jauh dibawah
rata-rata.
Kemudian
orang-orang yang dibawah rata-rata akan berusaha mengejar
ketinggalannya, yang berada di sekitar rata-rata akan berusaha melebihi
rata-rata, dan yang sudah di atas rata-rata akan terus memperbaikinya
agar tidak terkejar oleh rata-rata. Maka dampaknya secara keseluruhan
akan menggeser kurva normal itu ke kanan – yang artinya semuanya
memperoleh perbaikan nilai. Begitu seterusnya hal ini berulang, sehingga
membentuk gerakan fastabichul khairat - perlombaan dalam kebaikan yang berjalan terus menerus dalam jamaah itu.
Hidup
berjamaah ini terus dianjurkan sampai menjelang akhir jaman, yang bisa
jadi saat itu tidak lagi ada jamaah yang layak diikuti. Dasarnya adalah
hadits shahih berikut :
Dari Khuzaifah Ibnul Yaman mengatakan : “ Orang-orang
bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam tentang
kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena
khawatir jangan-jangan aku terkena keburukan itu. Maka aku bertanya :
“Wahai Rasulullah, dahulu kami dalam kejahiliahan dan keburukan, lantas
Allah membawa kebaikan ini. Maka apakah setelah kebaikan ini akan datang
keburukan lagi ? Nabi menjawab : Tentu . Aku bertanya lagi : “ Apakah
sesudah keburukan itu ada kebaikan lagi ? “Tentu” jawab beliau, dan
ketika itu ada dakhan. Saya bertanya lagi : “Apa yang dimaksud dakhan
itu ?” Nabi menjawab “ Yaitu sebuah kaum yang menanamkan pedoman bukan
dengan pedomanku, engkau mengenal mereka tetapi juga mengingkarinya”.
Aku bertanya lagi ; “ Adakah setelah kebaikan itu ada keburukan ?” Nabi
menjawab “Iya”, ketika itu ada penyeru-penyeru menuju pintu jahannam,
siapa yang mengikuti seruannya, mereka akan menghempaskannya ke
pintu-pintu itu. Aku bertanya lagi “Ya Rasulullah, tolong beritahukanlah
kami ciri-ciri mereka!, Nabi menjawab : “ mereka adalah seperti kulit
kita ini, juga berbicara dengan bahasa kita. Aku bertanya lagi : “lantas
apa yang engkau perintahkan kepada kami ketika menemui hari-hari
seperti itu ? Nabi menjawab : “Hendaklan engkau selalu bersama jamaah
kaum muslimin dan imam mereka ! Aku bertanya lagi : “Kalau tidak ada
jamaah kaum muslimin dan tidak ada pula imam ?” Nabi menjawab :
Hendaklah engkau jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun
engkau menggigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu – engkau
tetap seperti itu!”. (HR Bukhari no 6557).
Saking
sulitnya memilih jamaah yang benar karena kondisi umat yang berpecah
belah dalam kelompok-kelompok di jaman ini, ada salah satu ustadz saya
yang sudah mengganggap jaman ini waktunya kita untuk “… menggigit akar-akar pohon…” !
Saya
sendiri berpendapat, insyaAllah kita masih akan bisa menyongsong
setidaknya satu lagi jaman kebaikan. Maka kita berusaha keras untuk
mewujudkannya dengan mendidik anak-anak untuk menjadi generasi yang
lebih baik dari kita, kemudian untuk kita-kita yang sudah terlanjur tua
– juga kita gerakkan untuk rame-rame berjamaah mendekatkan diri dan
menguasai petunjukNya – Al-Qur’an dan sunnah-sunnah NabiNya – agar kurva
normal kita terus bergeser ke kanan ! InsyaAllah.
Sumber : http://geraidinar.com/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/84-gd-articles/umum/1581-kurva-normal-jamaah
Sumber : http://geraidinar.com/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/84-gd-articles/umum/1581-kurva-normal-jamaah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar