Bisa
jadi mereka rajin berjam-jam berinteraksi dengan dunia maya, tetapi
mereka tidak belajar sesuatu. Bisa jadi mereka lulusan perguruan tinggi
ternama, lagi-lagi mereka tidak belajar sesuatu. Maka waktu yang
ditempuh dalam seluruh proses yang seharusnya menambah ilmu dan
ketrampilannya, terbuang sia-sia.
Dunia
bisa berubah dengan sangat cepat di era teknologi informasi, tetapi
proses menuntut ilmu dan mengembangkan ketrampilan tidak berubah. Metode
paling efektif-nya exactly the same dengan yang diajarkan oleh Allah kepada utusan terakhirnya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Melalui
ayat yang pertama turun Iqra’ – bacalah ! ini jendela ilmu terbuka
untuk pertama kalinya. Maka dengan melimpahnya sumber ilmu di dunia
maya, kita bisa mempelajari apa saja apabila kita rajin membaca.
Tetapi
membaca saja tentu tidak cukup bila dia tidak membekas dalam pikiran
kita, maka kita juga harus memiliki daya ingat yang baik untuk bisa
mengingat apa yang kita baca. Bahkan ada sumber segala sumber ilmu yang
dijamin mudah diingat atau dihafalkan – yaitu Al-Qur’an.
Sampai empat kali Allah mengulang ayat yang sama : “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran (diingat), maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar : 17,22,32,40).
Dibaca
saja Al-Qur’an sudah memberi manfaat, dihafalkan tentu lebih baik lagi
bagi yang mau melakukannya – tetapi lebih dari itu karena Al-Qur’an juga
merupakan jawaban untuk seluruh persoalan kehidupan (QS 16:89), dia
juga harus dipahami. Bagaimana menjawab persoalan jaman bila tidak
memahami petunjuk yang senantiasa valid untuk itu ?
Tetapi
hanya sampai paham juga belum menyelesaikan persoalan, masalah yang
perlu dihadapi di masyarakat adalah konkrit – maka solusinya juga harus
konkrit. Seperti konon ungkapan para wali dalam menyelesaikan tantangan
dakwahnya di Jawa : sing udo klambenono, sing luwe pakanono, sing ngelak ombenono, sing kudanan/kepanasan payungono
– yang telanjang berilah pakaian, yang lapar berilah makan, yang haus
berilah minum, yang kehujanan/kepanasan berilah payung (rumah) !
Dalam
berusaha mengamalkan ayat-ayatNya inipun jalannya tidak selalu mudah,
ujian demi ujian bisa saja datang. Justru pada tingkat pengamalan inilah
resiko itu mulai hadir, sebab kalau baru paham saja belum ada
resikonya. Seperti Anda belajar usaha, apapun yang Anda pelajari belum
mendatangkan resiko karena Anda belum berbuat. Tetapi begitu Anda terjun
langsung dengan usaha yang sesungguhnya, sejak pertama kalinya terjun
tersebutlah resiko sudah menemani Anda.
Maka
dari waktu kewaktu kita juga harus selalu melakukan evaluasi atau
muhasabah, petunjuk yang datang dariNya sudah dijamin kebenarannya –
hanya pemahaman dan pengamalan kita yang bisa saja keliru. Muhasabah
dari waktu kewaktu inilah media untuk meluruskan kembali
kekeliruan-kekeliruan tersebut.
Dari
muhasabah ini pula akan timbul kebutuhan untuk memverifikasinya dengan
sumbernya yang semula, yaitu bacaan kita tadi. Maka siklus ini akan
terus berulang :Membaca è Mengingat/Menghafalkan è Memahami èMengamalkan è Mengevaluasi dst.
Bagimana kalau kita tidak lakukan ini ? kita tidak mulai membaca dan membaca ? Kita akan menjadi masyarakat ummiyyun seperti kaum Yahudi yang disindir Allah dalam ayat berikut :
“Dan
di antara mereka ada yang ummiyyun (buta huruf), tidak mengetahui Al
Kitab , kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.” (QS 2:78)
Tantangan
umat jaman ini tentu bukan lagi buta huruf dalam arti tidak bisa
membaca, tantangannya adalah bagaimana mendorong agar umat mau membaca
banyak-banyak – sebagai titik awal masuknya petunjuk. Petunjuk yang ada
di depan mata-pun tidak ada gunanya bila kita tidak mulai membacanya.
Seperti pepatah itik mati di lumbung padi, generasi next to nothing
justru lahir di era informasi. Tidak ada jalan untuk untuk mencegahnya
kecuali dengan mengikuti petunjukNya yang dicontohkan langsung dengan
perintah Iqra’ – bacalah. Dan tentu kita juga sepakat bahwa tidak ada
bacaan lain yang lebih baik dari Kitabullah – Al-Qur’anul Karim, maka
sudah seharusnyalah membaca Al-Qur’an harus kita berikan prioritas yang
terbesar dari segala yang kita baca. InsyaAllah.
sumber : http://geraidinar.com/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1580-mencegah-generasi-next-to-nothing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar