Minggu, 19 Januari 2014

Membiayai Cita-Cita Dengan Gadai…

etika kami merantau pertama kali di akhir tahun 1970-an, satu media pentrasferan uang yang umum adalah  dengan pos wesel. Karena uang tidak selalu bisa datang pada saat dibutuhkan, maka anak-anak kost di era itu umumnya familiar dengan solusi krisis keuangan yang jitu yaitu dengan gadai. Apa saja bisa digadaikan mulai dari sepeda, radio, jam tangan dlsb. Tidak terbayang saat itu bila tidak ada system gadai, lha wong anak kost pada umumnya susah mencari pinjaman di kala butuh – maka dengan system gadai-lah jalan keluar yang aman itu terbangun.


Saya melihat sebenarnya saat inipun system gadai ini seharusnya tetap bisa menjadi solusi keuangan yang aman di kala krisis. Bisa menjadi solusi yang diandalkan bagi masyarakat kelas menengah kebawah, para pelaku usaha kecil menengah yang tidak bankable dan juga masyarakat pada umumnya.

Untuk keluarga yang tidak memiliki tabungan cukup misalnya, bagaimana membiaya kebutuhan daruratnya ? Meminjam ke saudara atau teman  ? tidak selalu mudah. Meminjam ke bank ?, pinjaman bank tidak fit untuk kebutuhan darurat – karena prosesnya saja bisa lama. Menjual barang-barang yang kita miliki ? barang-barang tersebut umumnya kita masih perlukan. Gadai seharusnya menjadi solusi.

Yang sering juga dialami para pelaku usaha pemula atau UKM adalah masalah cash flow. Ketika hutang sudah harus segera dibayar pada waktunya seperti gaji karyawan, biaya listrik, tagihan bahan baku dlsb; sedangkan piutang belum bisa ditagih. Lagi-lagi apa solusinya ? meminjam ke bank belum bankable, meminjam saudara atau teman – jarang juga yang bisa bantu.  Maka sekali lagi gadai seharusnya bisa menjadi solusi.

Pertanyaannya adalah kalau gadai begitu berguna, mengapa system gadai belum menjadi mainstream solusi cash flow di jaman modern ini ? Ada beberapa alasan, tetapi yang menonjol adalah terkait dengan persepsi.

Si A dengan nyaman datang ke bank tanda tangan kredit  mobil misalnya. Dia belum punya uang cukup, berusaha membeli mobil – maka harus kredit – inipun si A melakukannya dengan nyaman. Konon mayoritas penjualan mobil baru dengan model pinjaman seperti ini.

Kasus lain si B punya uang cukup untuk membeli mobil, dan mobil ini sudah digunakannya  sehari-hari. Pas suatu saat butuh cash  mendadak, sedangkan mobil masih akan terus digunakan – maka daripada dijual kemudian nantinya membeli lagi yang otomatis lebih mahal – si B memilih menggadaikannya untuk beberapa bulan.

Si A hakekatnya belum punya uang cukup untuk membeli mobil tetapi memaksa membeli dengan kredit. Sebaliknya si B, hakikatnya dia mampu membeli mobil – tetapi hanya karena kebutuhan cash flow yang mendesak untuk sementara dia harus gadaikan mobilnya.

Mana yang lebih terhormat ? mestinya si B bukan ? bukan si A ? Realitanya di masyarakat lebih banyak golongan si A ini ketimbang si B.

Mengapa orang yang meminjam di bank merasa PD (percaya diri) sedangkan yang menggadaikan mobilnya merasa minder ?  inilah menyangkut persepsi yang mestinya bisa diluruskan dengan berbagai teknik di jaman ini. Kalau ngutang saja dengan kartu kredit atau kredit mobil tersebut di atas bisa menjadi lifestyle, maka menggadai pada saat butuh mendesak harusnya bisa menjadi lifestyle yang lebih terhormat.

Lebih dari itu system gadai ini juga sangat bisa dibuat untuk comply dengan ketentuan syariah. Bahkan ada contoh langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan ada ayat yang bisa menjadi rujukannya.

Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah membeli makanan dengan berhutang dari seorang Yahudi, dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)…” (QS 2 : 283).

Mungkin memang masih banyak yang perlu didandani dari system gadai ini, tetapi sungguh besar peluang system gadai ini untuk bisa menjadi salusi yang lebih baik, lebih mudah dan lebih terhormat  bagi masyarakat yang membutuhkannya - dan ini sangat-sangat banyak !

Adalah lumrah keluarga menengah, usaha kecil menengah dan juga masyarakat pada umumnya – terkadang membutuhkan solusi cash flow yang mendesak untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan dharuratnya. Dan untuk ini ada solusinya yang tidak keluar dari syariat yang kita anut, maka mengapa tidak jalan ini yang kita kembangkan ?

Pertanyaannya adalah lantas siapa yang akan melayani gadai ini yang bisa membuat Anda merasa nyaman dengannya ? inilah yang sedang kami fikirkan dengan institusi-institusi terkait. Pada waktunya siap kami akan umumkan di situs ini solusi konkritnya. InsyaAllah. 

sumber : http://geraidinar.com/index.php/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1369-membiayai-cita-cita-dengan-gadai
oleh : Muhaimin Iqbal

Selasa, 14 Januari 2014

Cara Terbaik Memberi Makan Dunia…

Bulan Juni lalu, televisi bisnis terkemuka dunia merelease video clip tentang cara terbaik dalam menyiapkan makanan bagi dunia. Ada dua yang mereka unggulkan yaitu yang pertama tentang teknologi khususnya teknologi rekayasa genetika, dan yang kedua adalah kembali ke alam dengan konsep Holistic Planned Grazing-nya Allan Savory yang pernah saya ulas sebelumnya. Nampaknya inilah yang mewakili pandangan dunia tentang keamanan pangan itu kini, lantas bagaimana dengan pandangan kita ?

Bagi orang beriman solusi terbaik itu – dalam bidang apapun - adalah solusi yang mengandalkan petunjukNya dan sunah nabiNya. Solusi yang datangnya dari manusia – dia hanyalah dzon – praduga yang bisa saja nampak benar sementara tetapi menjadi keliru setelah muncul dzon yang baru.

Pupuk-pupuk kimia yang dipakai di industri pertanian misalnya, mulai marak dipakai di seluruh dunia pasca Perang Dunia ke II karena memang menggunakan bahan-bahan sisa perang. Tidak sampai 70 tahun, kini pupuk-pupuk kimia banyak sekali ditentang karena berbagai alasan seperti dampak terhadap kesehatan maupun dampak terhadap lingkungan.

Teknologi rekayasa genetika yang menghasilkan Genetically Modified Crops – tanaman yang dimodifikasi secara genetis, pada kemunculan pertamanya tahun 1994 dipandang sebagai solusi pangan bagi dunia – kini belum juga berusia dua dasawarsa sudah ditentang di mana-mana, karena muncul dzon baru bahwa bisa jadi GM Crops ini membawa potensi resiko yang sangat besar bagi kesehatan manusia dalam jangka panjang.

Lantas seperti apa solusi berbasis petunjuk itu ? inilah tantangannya bagi para ahli di segala bidang untuk meng-elaborasi ilmunya kemudian juga mengamalkannya.

Solusi berbasis petunjuk itu tentu tidak men-tabu-kan teknologi, tetapi kita harus selektif teknologi seperti apa yang boleh digunakan dan seperti apa pula yang tidak. Teknologi yang merusak ciptaanNya tentu harus dihindari dan tentang inipun  petunjukNya jelas : “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan keturunan, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (QS 2 :205)

Sebaliknya teknologi yang berkembang dengan dasar petunjukNya sangat mungkin dielaborasi dan dikembangkan sehingga tercapai hasil yang maksimal untuk ketersediaan pangan bagi seluruh umat manusia di dunia.

Di sejumlah ayat Al-Qur’an misalnya disebutkan bahwa air hujan yang turun dari langit – mendahului tumbuhnya tanaman-tanaman seperti Kurma, Anggur dan Zaitun. Lantas di mana hujan yang banyak turun itu ?, ya di negeri katulistiwa seperti kitalah hujan itu banyak turun – yang berarti tanaman-tanaman seperti Kurma, Anggur, Zaitun dlsb. mestinya bisa banyak-banyak tumbuh.

Lha tetapi prasangka manusia hinggga kini meyakini bahwa hujan yang banyak menyebabkan gagal panen pada Kurma maupun Zaitun, menyebabkan buah Anggur tidak terasa manis dlsb. Disinilah letak ilmu teknologi manusia untuk mengelaborasi dan menjawabnya.

Jangankan pada Kurma, Anggur dan Zaitun, buah asli kita seperti rambutan-pun pada umumnya gagal panen pada tahun yang terlalu banyak hujan, tetapi bukan berarti rambutan tidak cocok di negeri ini.

Jadi solusi itu mestinya berbasis petunjuk yang hak, kemudian ditindak lanjuti dengan ilmu dan teknologi yang sesuai pada zamannya.

Untuk solusi yang ditawarkan oleh Allan Savory-pun, ada yang lebih akuratnya yang berasal dari sunnah seluruh nabi-nabi. Bila pada teorinya Allan Savory yang digembalakan umumnya sapi, yang diberi contoh oleh seluruh nabi yang digembalakan itu adalah kambing. Maka menggembalakan kambing mestinya bisa lebih unggul dalam melestarikan alam dan kecukupan pangan ketimbang menggembalakan sapi.

Bisa jadi belum semua ilmu dan teknologi itu kita temukan saat ini tetapi bila kita mengikuti petunjukNya dan sunnah nabiNya – insyaAllah kita tidak akan pernah tersesat selamanya. Amin.

sumber : http://geraidinar.com/index.php/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1357-cara-terbaik-memberi-makan-dunia
Oleh : Muhaimin Iqbal 

Bangsa Yang (Tidak) Overdosis…

Sepuluh tahun sebelum Amerika nyaris bangkrut dengan menutup (sebagian) aktivitas negerinya yang antara lain di trigger oleh pembiayaan kesehatan yang disebut ObamaCare, seorang dokter di negeri itu – John Abramson, M.D. - sudah menulis buku dengan judul “OVERDO$ED AMERICA : The Broken Promise of American Medicine” (HarperCollins, New York 2004). Sudah bisa ditebak isinya bahwa penduduk negeri itu dijejali dengan obat-obat yang tidak perlu yang melebihi kebutuhannya.


Buku ini didukung oleh riset yang sangat mendalam karena John Abramson selain dokter juga seorang peneliti di Harvard Medical School. Temuannya antara lain misalnya mengungkapkan bahwa sebuah obat penurun kolesterol yang mahal – yang ternyata tidak sedikitpun hasilnya mendekati penurunan kolesterol melalui perubahan gaya hidup, perubahan pola makan dan sejenisnya – yang tentu saja jauh lebih murah.

Kesaksian dokter lain yang membaca buku tersebut mengungkapkan pula : “Saya sudah praktek dokter selama 10 tahun, saya melihat profesi saya secara gradual diambil alih oleh industri farmasi. Saya melihat tidak terhitung jumlahnya pasien yang bertambah sakit atau bahkan meninggal dunia karena reaksi obat dan polypharmacy. Tidak terhitung jumlahnya dimana saya menerima kunjungan atau presentasi dari representative pabrik obat – yang jelas-jelas mengungkap kebohongan dan misrepresentasi…”.

Saya tidak tahu apakah apa yang terjadi di Amerika yang diriset dan diakui oleh para dokter mereka sendiri tersebut juga terjadi di negeri ini. Tetapi melihat banyaknya produsen obat yang beroperasi di negeri itu yang juga hadir di negeri ini, maka kemungkinan untuk menghadirkan kondisi yang sama – bisa jadi juga terjadi di negeri ini.

Lantas apa relevansinya kita mengetahui fakta demikian ini ? Setidaknya kita tidak harus ngoyo untuk bisa memperoleh pengobatan dengan obat-obat pabrik yang mahal – sampai-sampai harus memperolehnya dengan pembiayaan yang dikelola secara ribawi.

Bahwa karena hanya Dia-lah yang bisa menyembuhkan kita ketika kita sakit (QS 26 : 80), maka sudah seharusnya hanya kepadaNya kita mendekat dan memohon pertolongan untuk kesembuhan penyakit kita. Tetapi bagaimana pertolonganNya itu bisa datang bila obat-obatan yang dihadirkan untuk kita itu melalui cara yang dimusuhiNya – yaitu Riba ? (QS 2 : 276 & 279).

Maka dari sinilah kita bisa mulai membangun logika pengobatan kita sendiri, bahwa segala obat yang kita konsumsi – bukanlah obat itu yang menyembuhkan penyakit-penyakit kita – obat hanya sarananya saja – yang menyembuhkan hanyalah Allah semata. Karena yang menyembuhkan hanya Allah, maka dalam berobat-pun kita harus mengikuti petunjukNya, tidak boleh keluar dari jalanNya apalagi sampai melanggar laranganNya.

Tetapi bagaimana konkritnya masalah yang sangat besar dibidang kesehatan ini ditangani dengan petunjukNya secara nyata di lapangan di jaman modern ini ? Itulah yang harus kita mulai secara bertahap dan kita jawab masalahnya satu demi satu di setiap tahapannya.

Karena tuntunan kita melalui Al-Qur’an dan al-Hadits selama ini belum dijadikan sebagai rujukan utama dalam menjawab setiap permasalahan yang kita hadapi selama ini – termasuk di bidang kesehatan ini – maka solusi itu nampak begitu jauh dari realita.

Begitu kita yakini dan mulai kita gunakan, maka petunjuk demi petunjuk itu insyaAllah akan silih berganti berdatangan – petunjuk yang satu melengkapi petunjuk lainnya. “Dan orang-orang yang mendapatkan petunjuk, Allah akan menambahkan petunjuk kepada mereka dan menganugerahkan ketakwaan mereka”. (QS  47 : 17).

Baru setelah kita aplikasikan bener-bener petunjuk tersebut satu demi satu dan Allah menganugerahkan ketakwaan kepada kita, maka insyaAllah dalam bidang pengobatan inipun kita akan diunggulkan dengan ilmuNya – “wattaquullaha wa yu’allikumullah – dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberi pengajaran kepadamu” (QS 2: 282).

Jadi kita tidak usah berkecil hati dengan industri pengobatan yang sedang kita rintis dijalanNya ini – meskipun mulainya sangat kecil dibandingkan dengan industri pengobatan yang sudah ada kini. Tetapi insyaAllah yang kecil ini akan efektif dengan seijinNya, dan tidak membuat bangsa ini overdosis terhadap obat-obat yang tidak perlu dan tidak membuat negeri ini bangkrut – sebagaimana yang di negeri asalnya sudah membuat overdosis bangsanya dan membuat negerinya (nyaris) bangkrut !

sumber : http://geraidinar.com/index.php/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/84-gd-articles/umum/1366-bangsa-yang-tidak-overdosis
Oleh : Muhaimin Iqbal