Bagi
orang beriman solusi terbaik itu – dalam bidang apapun - adalah solusi
yang mengandalkan petunjukNya dan sunah nabiNya. Solusi yang datangnya
dari manusia – dia hanyalah dzon – praduga yang bisa saja nampak benar sementara tetapi menjadi keliru setelah muncul dzon yang baru.
Pupuk-pupuk
kimia yang dipakai di industri pertanian misalnya, mulai marak dipakai
di seluruh dunia pasca Perang Dunia ke II karena memang menggunakan
bahan-bahan sisa perang. Tidak sampai 70 tahun, kini pupuk-pupuk kimia
banyak sekali ditentang karena berbagai alasan seperti dampak terhadap
kesehatan maupun dampak terhadap lingkungan.
Teknologi rekayasa genetika yang menghasilkan Genetically Modified Crops
– tanaman yang dimodifikasi secara genetis, pada kemunculan pertamanya
tahun 1994 dipandang sebagai solusi pangan bagi dunia – kini belum juga
berusia dua dasawarsa sudah ditentang di mana-mana, karena muncul dzon baru bahwa bisa jadi GM Crops ini membawa potensi resiko yang sangat besar bagi kesehatan manusia dalam jangka panjang.
Lantas
seperti apa solusi berbasis petunjuk itu ? inilah tantangannya bagi
para ahli di segala bidang untuk meng-elaborasi ilmunya kemudian juga
mengamalkannya.
Solusi
berbasis petunjuk itu tentu tidak men-tabu-kan teknologi, tetapi kita
harus selektif teknologi seperti apa yang boleh digunakan dan seperti
apa pula yang tidak. Teknologi yang merusak ciptaanNya tentu harus
dihindari dan tentang inipun petunjukNya jelas : “Dan
apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan keturunan, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan.” (QS 2 :205)
Sebaliknya
teknologi yang berkembang dengan dasar petunjukNya sangat mungkin
dielaborasi dan dikembangkan sehingga tercapai hasil yang maksimal untuk
ketersediaan pangan bagi seluruh umat manusia di dunia.
Di
sejumlah ayat Al-Qur’an misalnya disebutkan bahwa air hujan yang turun
dari langit – mendahului tumbuhnya tanaman-tanaman seperti Kurma, Anggur
dan Zaitun. Lantas di mana hujan yang banyak turun itu ?, ya di negeri
katulistiwa seperti kitalah hujan itu banyak turun – yang berarti
tanaman-tanaman seperti Kurma, Anggur, Zaitun dlsb. mestinya bisa
banyak-banyak tumbuh.
Lha
tetapi prasangka manusia hinggga kini meyakini bahwa hujan yang banyak
menyebabkan gagal panen pada Kurma maupun Zaitun, menyebabkan buah
Anggur tidak terasa manis dlsb. Disinilah letak ilmu teknologi manusia
untuk mengelaborasi dan menjawabnya.
Jangankan
pada Kurma, Anggur dan Zaitun, buah asli kita seperti rambutan-pun pada
umumnya gagal panen pada tahun yang terlalu banyak hujan, tetapi bukan
berarti rambutan tidak cocok di negeri ini.
Jadi
solusi itu mestinya berbasis petunjuk yang hak, kemudian ditindak
lanjuti dengan ilmu dan teknologi yang sesuai pada zamannya.
Untuk
solusi yang ditawarkan oleh Allan Savory-pun, ada yang lebih akuratnya
yang berasal dari sunnah seluruh nabi-nabi. Bila pada teorinya Allan
Savory yang digembalakan umumnya sapi, yang diberi contoh oleh seluruh
nabi yang digembalakan itu adalah kambing. Maka menggembalakan kambing
mestinya bisa lebih unggul dalam melestarikan alam dan kecukupan pangan
ketimbang menggembalakan sapi.
Bisa
jadi belum semua ilmu dan teknologi itu kita temukan saat ini tetapi
bila kita mengikuti petunjukNya dan sunnah nabiNya – insyaAllah kita
tidak akan pernah tersesat selamanya. Amin.
sumber : http://geraidinar.com/index.php/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1357-cara-terbaik-memberi-makan-dunia
Oleh : Muhaimin Iqbal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar