Kemudian dia perintahkan bendahara kerajaan untuk menyiapkannya, tetapi kemudian sang raja-pun buru-buru berucap : “Nanti dulu, berapa banyaknya beras yang engkau butuhkan untuk anak-anak dan keturunanmu ?”. Maka dengan merendah pula sang penemu berucap : “Mohon maaf paduka, untuk adilnya silahkan para ilmuwan raja saja yang menghitungnya”.
Lalu
semua ilmuwan di kerajaan dikerahkan untuk menghitung kebutuhan beras
bagi si penemu beserta anak keturunannya. Maka tidak ada satupun yang
bisa menghitung kebutuhannya, mendekati dengan ilmu yang logis-pun tidak
ada yang bisa.
Maka raja menyerah pada sang penemu – yang memang orang paling cerdas pada jamannya. Lalu sang raja berucap pada si penemu : “ Kami
menyerah, sedangkan kamu adalah orang yang paling cerdas di negeri ini –
tolong dihitung kebutuhan beras untukmu dan anak keturunanmu – agar
kami dapat penuhi”.
Karena diminta sang raja, maka si penemu-pun menguraikan teorinya : “ Begini
paduka, papan (catur) yang saya buat itu sesungguhnya cukup untuk
menghitung kebutuhan beras bagi hamba dan anak-anak keturunan hamba…”.
Kemudian dia melanjutkan : “Mulai
dengan menaruh satu butir beras di kotak pertama, kemudian lipatkan dua
pada setiap kotak berikutnya – maka itu akan cukup untuk hamba dan
anak-anak keturunan hamba”.
Setelah
itu para ilmuwan kerajaan diminta untuk menakar beras sesuai dengan
cara mengitung yang disampaikan si penemu. Tetapi kemudian mereka-pun
rame-rame menghadap sang raja kembali dengan panik.
Mereka menyampaikan : “Mohon maaf paduka, kerajaan tidak akan mampu memberikan hadiah seperti yang paduka janjikan pada sang penemu ini”. Kemudian mereka menunjukkan hitungannya kurang lebih seperti pada ilustrasi dibawah.
Satu
butir yang dilipat duakan pada kotak berikutnya menjadi dua butir.
Ketika sampai di penghujung baris pertama sudah menjadi 128 butir. Di
akhir baris yang tengah sudah mendekati 2.1 milyar butir. Pada ujung
baris paling atas sudah menjadi sekitar 9.2^18 butir beras. Ini kurang
lebih jumlah beras yang cukup untuk memberi makan bagi seluruh penduduk
bumi yang ada sekarang sampai selama seribu tahun mendatang !.
Raja
terbelalak dengan angka ini, dia telah salah sangka menganggap enteng
urusan pangan yang dijanjikan untuk rakyatnya ini. Namun karena dia
raja, dia tidak mau dilecehkan kecerdasannya oleh rakyatnya yang paling
cerdas sekalipun. Maka bukannya hadiah yang akhirnya diberikan pada sang
penemu, tetapi hukuman pancung karena telah memusingkan raja.
Cerita
ini tentu fiksi belaka, tetapi nilai pelajarannya adalah tentang
beratnya urusan pangan ini. Jangan sampai pemimpin negeri-negeri
menganggap enteng urusan yang satu ini. Urusan pangan (dan juga
urusan-urusan lain tentu saja ) harus diserahkan pada yang bener-bener
ahlinya. Bila tidak maka yang terjadi bukannya mereka ngurusi urusan
pangan rakyat, tetapi malah ngrusuhi (merecoki) urusan pangan mereka.
Waktu
saya SMP sekitar 4 dasawarsa lalu, saya mendengar (Rh)Oma Irama
menyanyikan lagu 135 juta penduduk Indonesia. Sekarang divisi
kependudukan PBB memperkirakan bahwa penduduk Indonesia mencapai 272
juta di tahun 2025, atau lipat dua kali selama rentang waktu kurang
lebih 50 tahun. Ketika sampai ke cucu kita, 50 tahun berikutnya –
penduduk negeri inipun lipat dua kalinya menjadi sekitar 544 juta jiwa.
Pertanyaannya
adalah makan apa mereka nanti ? dimana mereka akan tinggal ? minum air
yang seperti apa mereka ? apakah masih tersisa udara bersih untuk mereka
? dlsb. dlsb.
Masa
itu memang masa yang seolah lama, tetapi ingat apa yang kita lakukan
saat ini sangat menentukan kondisi bumi seperti apa yang akan kita
wariskan ke anak cucu kita kelak.
Allah
memang menyediakan bumi seisinya ini cukup untuk seluruh makhluknya,
tetapi Allah juga memerintahkan kita untuk menjadi pemakmurnya (QS
11:61). Kecukupan pangan bagi seluruh penduduk bumi hanya terjamin bila
kita tidak berbuat kerusakan di muka bumi dan kita kembali ke jalanNya.
"Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS 30 :41).
Artinya
apa ini semua ?, semua masalah kita termasuk urusan pangan ini, harus
bener-bener diurusi dengan mengikuti jalanNya. Bila tidak, maka yang
seharusnya ngurusi-pun bisa berakhir dengan ngrusuhi urusan-urusan rakyat ini. Wa Allahu A’lam.
Oleh : Muhaimin Iqbal
sumber
: http://geraidinar.com/index.php/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/84-gd-articles/umum/1315-yang-ngurusi-bukan-ngrusuhi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar