Kamis, 31 Oktober 2013

Resep (Menghilangkan) Kelaparan…

Menurut Anuradha Mittal - wanita India yang pernah mendapat gelar the Most Valuable Thinker oleh majalah the Nation, sejumlah bangsa di dunia mengalami kelaparan adalah karena mereka menulis sendiri resep kelaparan mereka.  Resep itu adalah ketika pemimpin negeri mulai mengikis sendiri kemampuan negerinya untuk swasembada pangan. Bagaimana mereka melakukannya ?

Antara lain melalui penurunan atau bahkan penghapusan tariff impor untuk bahan-bahan makanan. Kadang ini dilakukan dengan suka hati, seperti yang dilakukan pemerintah negeri ini ketika menghapuskan bea masuk kedelai dari 5 % menjadi 0 % bulan September lalu.

Kebijakan yang didukung oleh DPR dengan suka hati pula itu memang katanya hanya untuk sementara, dan memang untuk sementara membuat perajin tahu tempe sedikit lega dengan penurunan harga kedelai. Tetapi bisa dibayangkan dampaknya dalam jangka yang sedikit lebih panjang ?

Kebijakan ini pertama tidak mendorong produksi kedelai lokal atau substitusi kedelai, kedua ketika produksi lokal tidak juga membaik – mungkinkah pajak tersebut kembali diberlakukan ? Itulah simalakama yang akan ditinggalkan untuk pemerintah berikutnya.

Pemerintah berikutnya akan menghadapi dua pilihan yang sama-sama sulit, kalau terus di 0 % bea masuk itu – tidak ada insentif petani lokal untuk menggarap sektor kedelai atau substitusinya. Sementara kalau mau dinaikkan lagi menjadi 5 % - harga kedelai akan melonjak, kebijakan ini tentu tidak populer pada pemerintah yang memutuskan kenaikannya.

Walhasil pajak 0 % tersebut juga akan diteruskan oleh pemerintah-pemerintah berikutnya, dan seterusnya. Kedelai yang semula menjadi sumber protein paling terjangkau oleh rakyat ini – akan terus menjadi komoditi impor – yang terlanggengkan oleh resep yang ditulis oleh pemerintah sendiri.

Siapa yang diuntungkan ? dalam suatu sidang WTO di Seattle AS 2009 – sejumlah menteri dari negara ketiga walk-out  setelah mereka mengetahui bahwa draft WTO Agreement dibidang pertanian – yang memnyiapkannya adalah vice president dari sebuah perusahaan global yang bergerak dibidang pertanian dan perdagangannya.

Maka pertama perusahaan-perusahaan semacam inilah yang selalu diuntungkan ketika suatu bangsa menuju kelaparannya, sehingga tentu saja mereka dengan senang hati membantu bangsa-bangsa ini menulis resepnya – seperti dalam draft WTO agreement tersebut.

Perusahaan-perusahaan semacam ini pula yang membuat harga pangan terus meningkat. Praktek yang mereka lakukanlah yang membuatnya demikian, yaitu antara lain melalui benih-benih yang dipatenkan – sehingga para petani mau tidak mau harus membeli benih yang mahal.

Ketika  aliran perdagangan bahan pangan dunia dikendalikan full oleh pemodal-pemodal besar kapitalisme, makan seolah menjadi sah bagi mereka untuk mengeksplotasi kelaparan dunia ini menjadi peluang mereka – bahkan untuk mencapai tujuan ini merekapun akan rela berbuat kerusakan di bumi. Tidak segan mereka merusak tanaman dan keturunannya – agar hanya benih mereka yang ada di pasaran.

Kedua adalah jalur perdagangan yang ditempuh, semakin panjang perjalanan suatu bahan makanan akan semakin mahal karena perjalanan tersebut tentu butuh ongkos mesin pengangkut, bahan bakar dlsb.

Mengapa misalnya rakyat kita tidak bisa menjangkau makan anggur yang cukup sebagai sumber vitamin dan mineral ? karena anggur yang ada di pasar kita rata-rata mahal antara lain juga karena jauhnya perjalanan yang ditempuh. Yang ada di pasaran umumnya anggur China dan Amerika.

Lantas apa untungnya kita mengetahui resep kelaparan tersebut ? ya agar kita tahu bahwa kita dan sejumlah bangsa lain di dunia yang sebagian rakyatnya kelaparan – adalah seperti orang yang sedang sakit. Bila ‘dokter’ mengobati kita dengan benar, insyaAllah kita akan sembuh. Tetapi bila ‘dokter’ menulis resep yang salah untuk kita, bisa dibayangkan akibatnya. Bukannya sembuh kita malah komplikasi penyakit akan kemana-mana – dalam bentuk kelaparan yang meluas dan perbagai problem sosial lainnya – seperti yang pernah saya tulis juga tentang Huru-Hara Tortilla.

Lantas resep seperti apa yang bisa menghilangkan kelaparan dari permukaan bumi itu ? Itulah resep dari Rabb - Sang Maha Pencipta kita yang sudah banyak saya tulis tentang kebun-kebun Al-Qur’an. Resep itu juga datang dari RasulNya yang secara spesifik memberi tahu kita tanaman apa yang bisa menghilangkan kelaparan itu.

Resep-resep itu begitu detil dan lengkap, dan yang jelas bukan hanya untuk orang Arab atau untuk negeri Syam yang diberkahi saja – tetapi untuk umat seluruh alam, termasuk tentu saja untuk kita semua.

Laboratorium pembibitan kurma, anggur, zaitun, delima dan tin. JonggolFarm - Bogor

Oleh : Muhaimin Iqbal 
sumber : http://geraidinar.com/index.php/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1331-resep-menghilangkan-kelaparan

Maka ketika melihat benih-benih kurma, anggur, zaitun, delima, tin dlsb. tumbuh baik di kebun percobaan kami, bahkan yang skala kecil juga tumbuh baik secara sempurna di atap rumah kami – saya seperti melihat resep penyembuhan dunia dari kelaparan itu sedang bekerja.

Hanya saja tentu upaya penyembuhan ini akan perlu waktu, tetapi semakin banyak yang melakukkannya secara sabar dan istiqomah – insyaAllah secara bersama-sama kita akan bisa menyembuhkan kelaparan dunia dengan resep yang sudah sampai ke kita dari Sang Pencipta melalui Kitab dan RasulNya. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar