Antara
lain melalui penurunan atau bahkan penghapusan tariff impor untuk
bahan-bahan makanan. Kadang ini dilakukan dengan suka hati, seperti yang
dilakukan pemerintah negeri ini ketika menghapuskan bea masuk kedelai
dari 5 % menjadi 0 % bulan September lalu.
Kebijakan
yang didukung oleh DPR dengan suka hati pula itu memang katanya hanya
untuk sementara, dan memang untuk sementara membuat perajin tahu tempe
sedikit lega dengan penurunan harga kedelai. Tetapi bisa dibayangkan
dampaknya dalam jangka yang sedikit lebih panjang ?
Kebijakan
ini pertama tidak mendorong produksi kedelai lokal atau substitusi
kedelai, kedua ketika produksi lokal tidak juga membaik – mungkinkah
pajak tersebut kembali diberlakukan ? Itulah simalakama yang akan
ditinggalkan untuk pemerintah berikutnya.
Pemerintah
berikutnya akan menghadapi dua pilihan yang sama-sama sulit, kalau
terus di 0 % bea masuk itu – tidak ada insentif petani lokal untuk
menggarap sektor kedelai atau substitusinya. Sementara kalau mau
dinaikkan lagi menjadi 5 % - harga kedelai akan melonjak, kebijakan ini
tentu tidak populer pada pemerintah yang memutuskan kenaikannya.
Walhasil
pajak 0 % tersebut juga akan diteruskan oleh pemerintah-pemerintah
berikutnya, dan seterusnya. Kedelai yang semula menjadi sumber protein
paling terjangkau oleh rakyat ini – akan terus menjadi komoditi impor –
yang terlanggengkan oleh resep yang ditulis oleh pemerintah sendiri.
Siapa yang diuntungkan ? dalam suatu sidang WTO di Seattle AS 2009 – sejumlah menteri dari negara ketiga walk-out setelah mereka mengetahui bahwa draft WTO Agreement dibidang pertanian – yang memnyiapkannya adalah vice president dari sebuah perusahaan global yang bergerak dibidang pertanian dan perdagangannya.
Maka
pertama perusahaan-perusahaan semacam inilah yang selalu diuntungkan
ketika suatu bangsa menuju kelaparannya, sehingga tentu saja mereka
dengan senang hati membantu bangsa-bangsa ini menulis resepnya – seperti
dalam draft WTO agreement tersebut.
Perusahaan-perusahaan
semacam ini pula yang membuat harga pangan terus meningkat. Praktek
yang mereka lakukanlah yang membuatnya demikian, yaitu antara lain
melalui benih-benih yang dipatenkan – sehingga para petani mau tidak mau
harus membeli benih yang mahal.
Ketika aliran perdagangan bahan pangan dunia dikendalikan full
oleh pemodal-pemodal besar kapitalisme, makan seolah menjadi sah bagi
mereka untuk mengeksplotasi kelaparan dunia ini menjadi peluang mereka –
bahkan untuk mencapai tujuan ini merekapun akan rela berbuat kerusakan
di bumi. Tidak segan mereka merusak tanaman dan keturunannya – agar
hanya benih mereka yang ada di pasaran.
Kedua
adalah jalur perdagangan yang ditempuh, semakin panjang perjalanan
suatu bahan makanan akan semakin mahal karena perjalanan tersebut tentu
butuh ongkos mesin pengangkut, bahan bakar dlsb.
Mengapa
misalnya rakyat kita tidak bisa menjangkau makan anggur yang cukup
sebagai sumber vitamin dan mineral ? karena anggur yang ada di pasar
kita rata-rata mahal antara lain juga karena jauhnya perjalanan yang
ditempuh. Yang ada di pasaran umumnya anggur China dan Amerika.
Lantas
apa untungnya kita mengetahui resep kelaparan tersebut ? ya agar kita
tahu bahwa kita dan sejumlah bangsa lain di dunia yang sebagian
rakyatnya kelaparan – adalah seperti orang yang sedang sakit. Bila
‘dokter’ mengobati kita dengan benar, insyaAllah kita akan sembuh.
Tetapi bila ‘dokter’ menulis resep yang salah untuk kita, bisa
dibayangkan akibatnya. Bukannya sembuh kita malah komplikasi penyakit
akan kemana-mana – dalam bentuk kelaparan yang meluas dan perbagai
problem sosial lainnya – seperti yang pernah saya tulis juga tentang Huru-Hara Tortilla.
Lantas
resep seperti apa yang bisa menghilangkan kelaparan dari permukaan bumi
itu ? Itulah resep dari Rabb - Sang Maha Pencipta kita yang sudah
banyak saya tulis tentang kebun-kebun Al-Qur’an. Resep itu juga datang
dari RasulNya yang secara spesifik memberi tahu kita tanaman apa yang
bisa menghilangkan kelaparan itu.
Resep-resep
itu begitu detil dan lengkap, dan yang jelas bukan hanya untuk orang
Arab atau untuk negeri Syam yang diberkahi saja – tetapi untuk umat
seluruh alam, termasuk tentu saja untuk kita semua.
Hanya
saja tentu upaya penyembuhan ini akan perlu waktu, tetapi semakin
banyak yang melakukkannya secara sabar dan istiqomah – insyaAllah secara
bersama-sama kita akan bisa menyembuhkan kelaparan dunia dengan resep
yang sudah sampai ke kita dari Sang Pencipta melalui Kitab dan RasulNya.
InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar