Dalam
tulisan ini saya akan fokus pada dua hal yang terakhir yaitu makanan
dan obat-obatan. Dalam hal makanan bila umat lain bisa makan dan minum
apa saja yang menurut mereka enak, makanan kita tidak bisa sembarang
makanan – makanan kita harus halal. Bahkan daging domba yang paling
lezat dan paling sehat menurut World Healthiest Food yaitu apa yang disebut grass-fed lamb – domba yang diberi makan rumput, bisa menjadi tidak halal hanya karena menyembilihnya tidak menyebut nama Allah.
Bukan hanya dalam zat makanannya yang berbeda, cara memperoleh makanan tersebut juga harus halal. Grass-fed lamb
yang disembelih dengan menyebut nama Allah sekalipun bisa menjadi
makanan yang tidak halal untuk kita makan bersama anak istri kita – bila
cara memperolehnya dengan korupsi, mengambil hak orang lain dan dari
uang riba.
Semuanya
sudah benar, makanannya terjamin kehalalannya – cara memperolehnya juga
sudah benar melalui cara yang hak – ketika akhirnya kita makan makanan
tersebut – belum tentu juga kita mendapatkan keberkahan dari makanan
ini. Yang terakhir ini – berkah - dirahasiakan oleh Allah bagian mana
dari makanan tersebut yang berkah.
Tetapi
melalui Nabi kita, kita diberi petunjuk bagaimana agar kita bisa
memperoleh keberkahan dari makanan kita itu. Petunjuknya antara lain
adalah dalam hadits berikut ;
Dari Jabir Radliallahu ‘Anhu berkata : “ Aku
pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “
Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang dari kalian pada setiap
keadaannya, hingga akan mendatanginya di saat makan. Sebab itu apabila
jatuh sepotong makanan, maka hendaklah ia membersihkan kotorannya lalu
memakannya. Dan hendaklah ia tidak membiarkannya dimakan oleh setan. Dan
jika telah selesai makan, hendaklah ia menjilati jari-jemarinya, karena
ia tidak tahu pada bagian makanan yang manakah adanya berkah”” (HR. Muslim).
Bagian
dari rezeki kita yang paling bernilai – yaitu rezeki yang berkah, kita
tidak pernah tahu yang mana itu. Ini juga sejalan dengan rezeki yang
diberikan oleh Allah kepada orang yang bertakwa : “Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka…” (QS 65:3)
Selain asalnya yang tidak disangka-sangka, jumlahnya juga tidak bisa dihitung : “ Dan Engkau memberi rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa bisa dihitung (tanpa batas)”. (QS 3:27)
Maka
prinsip dasar yang sama dengan rezeki dan keberkahan untuk makanan
tersebut juga berlaku ketika kita berobat atau mencari penyembuhan atas
penyakit yang kita derita.
Kita tahu hanya Allah-lah yang bisa menyembuhkan kita : “dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,”
(QS 26 :80). Yang menyembuhkan hanya Allah, tetapi ikhtiar adalah
kewajiban kita. Ikhtiar-pun tidak sembarang ikhtiar, ikhtiar yang
melibatkan kemusrikan justru akan membuat si sakit seperti sudah jatuh
ketimpa tangga pula. Semula diuji dengan penyakit fisik, tetapi malah
gagal dengan ujian keimanan.
Ikhtiar
secara ilmiah tanpa didasari keimanan-pun bisa jatuh kepada kemusrikan
yang sama , yaitu bila kita mengira bahwa obat itulah yang menyembuhkan
kita – padahal hanya Allah-lah yang menyembuhkan, obat-obatan hanya wasilah atau sarana/jalan untuk mencapai kesembuhan itu.
Indahnya
petunjuk kita itu detil – dilengkapi penjelasannya dan dilengkapi pula
dengan contoh-contoh soalnya. Dalam bidang mengobati penyakit misalnya,
Ada hampir 100 tanaman obat yang ada contoh penggunaannya. Sampai-sampai
seorang peneliti barat John Andrew Morrow berhasil mengkompilasinya
dalam sebuah ensiklopedia yang disebut : “ Encyclopedia of Islamic Herbal Medicine” ( MacFarland & Company Inc. Publisher, London 2011).
Kharakter
berbeda-nya umat ini bahkan juga ketika kita mengggunakan obat dari
sumber bahan yang sama persis. Zaitun misalnya, yang selain disebut
langsung di Al-Qur’an sebagai pohon yang banyak berkahnya ( QS 24:35),
juga disebut dalam hadits menyembuhkan 70 penyakit – diantaranya
penyakit paling serius di jaman itu yaitu penyakit kusta atau lepra.
Dimana perbedaan cara berobat kita dengan umat lain yang juga menggunakan zaitun di jaman ini ?
Dunia
kapitalisme barat jaman ini menjadikan industri obat hanyalah salah
satu cara untuk menggeruk keuntungan sebesar-besarnya dan
mengeksploitasi orang lain atas temuan-temuan ilmiahnya. Sebuah
perusahaan obat di Amerika misalnya sudah sejak tahun 1970-an meneliti
daun zaitun sebagai obat. Maka mereka berusaha untuk meneliti bagian
mana dari zaitun ini yang berkhasiat untuk penyembuhan.
Mereka menduga bahwa yang berkhasiat untuk penyembuhan itu Calcium Elenolate
yang diturunkan dari zat pahit yang adanya di daun zaitun. Zat pahit di
daun zaitun itu sendiri diidentifikasi oleh para ilmuwan awal abad lalu
(1900-an) sebagai Oleuropein.
Untungnya perusahaan obat di Amerika tersebut tidak berhasil meyakinkan diri mereka sendiri bahwa Calcium Elenolate tersebut-lah yang merupakan unsur penyembuh utama dari daun zaitun. Mereka hanya menemukan bahwa seandainya Calcium Elenolate
itu-pun dijadikan obat, maka dia menjadi obat yang paling aman di dunia
– karena ketika hewan percobaannya diinjeksi dengan dosis ratusan kali
dari yang seharusnya – hewan tersebut tetap segar bugar.
Secara umum dunia barat akhirnya kembali kepada zat yang mereka temukan abad lalu yaitu Oleuropein
– yang mereka anggap inilah zat penyembuh dari zaitun itu. Maka Ekstrak
daun zaitun yang ada di pasaran dunia sekarang yang disebut OLE (Olive
Leaf Extract) kwalitasnya ditentukan berdasarkan kandungan Oleuropein ini.
Mereka juga menemukan bahwa Oleuropein sebagai antioxidant
yang menyembuhkan berbagai penyakit modern – yang umumnya disebabkan
oleh radikal bebas (karena pencemaran udara, air, factor makanan dlsb) –
mempunyai kemampuan sekitar 20 kali lebih kuat dari tanaman paling kuat
antioxidant lainnya. Ukuran kekuatan antioxidant ini dihitung dari apa yang mereka sebut ORAC (Oxygen Radical Absorbance capacity) – kapasitas menyerap radikal oksigen.
Mereka
cukup puas dengan obat yang efektifitasnya 20 kali dari tanaman herbal
terbaik lainnya, sedangkan kepada kita dijanjikan sesuatu yang nilainya
29,000 – 100,000 atau bahkan lebih kali sesuatu yang sejenis – itulah
berkah, pernah saya tulis hitungannya dalam tulisan berjudul Matematika Berkah. Kita hanya tidak diberi tahu persis dari mana bagian dari zaitun ini yang paling berkah.
Maka
cara mengambil keberkahan zaitun sebagai makanan atau obat ya persis
seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
tersebut di atas – yaitu sampai ‘mengambil yang jatuh dan
membersihkannya’, sampai ‘menjilati jari-jemari kita’ karena kita tidak
pernah tahu bagian mananya yang berkah.
Tidak tahu bukan berarti tidak berilmu, zaitun sudah menjadi obat 13 abad sebelum orang barat menemukan Oleuropein – yang mereka duga itulah obat. Bisa jadi Oleuropein
adalah bagian dari yang berkhasiat sebagai obat itu, tetapi tetap
sangat banyak zat lain yang juga berefek penyembuhan yang ada pada
zaitun, sebagian sudah ditemukan manusia – sebagian lainnya belum.
Prinsip
lain yang juga sangat berbeda dengan mereka yang tidak mengenal
halal-haram adalah cara mengambil zat yang kita anggap bermanfaat itu.
Sesuatu yang asalnya berkah, bisa kehilangan keberkahannya atau bahkan
menjadi haram ketika dicampur dengan sesuatu yang haram. Contohnya
adalah jual beli, pada umumnya halal dan Allah memberkahi pedagang yang
jujur. Tetapi jual beli ini menjadi haram ketika ada unsur menipu
didalamnya.
Nah
bayangkan sekarang dengan daun dari pohon zaitun yang diberkahi ini
kemudian diekstrak dengan standar teknologi yang dipakai di dunia
sekarang – yaitu melibatkan alcohol – maka keberkahan zaitun menjadi
hilang bahkan menjadi haram untuk kita konsumsi.
Maka
sampai kepada cara mengambil zat yang ada di dalam zaitun itu sendiri –
atau yang disebut proses ekstraksi, kita juga harus menggunakan cara
yang berbeda. Itulah sebabnya kita mengembangkan teknologi yang kita
sebut Cold Water Fresh Extraction with Controlled Humidity Drying – ekstraksi segar dengan air dingin dan dengan menggunakan pengeringan melalui kendali kelembaban.
Dengan
teknik ini, maka tidak ada zat yang terbuang dan tidak ada zat yang
ditambahkan. Tidak ada yang terbuang karena seperti dalam hadits
tersebut di atas – kita tidak pernah tahu bagian mana yang paling berkah
dari pohon berkah ini, maka kita berusaha mengambil semuanya.
Ibaratnya
kalau kita tega makan daunnya untuk berobat – maka daun segar itulah
yang kita makan sebagai obat. Hanya saja kan tidak enak dan tidak
praktis, maka dengan teknologi tersebut kita bisa membuatnya mudah untuk
dikonsumsi, didistribusikan dan praktis untuk disimpan juga.
Lantas
bagaimana dengan zat sisa ekstraksi berupa cairan dan ampasnya ?,
justru disinilah esensi dari keberkahan itu. Ketika kita mencari obat
untuk kita sendiri-pun, kita lakukan sambil memberi sumber makanan yang
baik bagi ternak kita – ampas dari ekstraksi daun zaitun ini masih
mengandung berbagi mineral yang baik untuk ternak kita – kalau rasanya
masih agak pahit-pahit sehingga ternak kurang suka, bisa dilakukan
fermentasi untuk membuat aromanya menjadi lebih menarik dan lebih mudah
untuk dicerna oleh ternak kita.
Air
sisa ektraksi – yang tiada lain adalah berupa air yang semula digunakan
untuk media ekstraksi, tetapi kemudian terbawa didalamnya berbagai zat
sisa ekstraksi daun pohon yang banyak berkahnya ini – insyaAllah bisa
kita gunakan untuk menyirami tanaman kita, baik secara langsung ataupun
melalui proses fermentasi untuk meningkatkan efektifitas dan daya
simpannya.
Keberkahan
lainnya adalah dampak lingkungannya dengan industri yang dikembangkan
berdasarkan petunjuk semacam ini. Bila pabrik obat pada umumnya,
limbahnya berbahaya bagi lingkungan karena baik zat maupun prosesnya
banyak melibatkan zat kimia.
Industri
obat herbal yang hanya menggunakan air dan daun ini sama sekali tidak
memiliki limbah, semuanya bermanfaat. Obatnya untuk manusia, ampasnya
untuk ternak dan air sisa ekstraksi menjaga kesuburan tanaman.
“…Al
Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda(antara yang hak dan yang batil) …” (QS 2:185)
“(Al
Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah,
dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 3 : 138-139)
By
design-Nya kita memang dirancang untuk berbeda, berbeda untuk menjadi
lebih baik dan lebih unggul – bila menggunakan kitabNya sebagai petunjuk
dan pelajaran. InsyaAllah.
Oleh : Muhaimin Iqbal
Sumber : http://geraidinar.com/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1504-berani-berbeda
terimakasih banyak sob, sangat membantu sekali artikelnya...
BalasHapushttp://obatasliindonesia.com/obat-diabetes-yang-aman/