Senin, 27 Mei 2013

Solusi Dengan Berbagi…

Beberapa bulan lalu saya menawarkan solusi untuk mengatasi dua masalah terbesar Jakarta yaitu banjir dan kemacetan. Solusi dengan konsep ta’awun atau tolong menolong itu salah satunya bener-bener mulai kita tindak lanjuti dengan serius. Project berbasis teknologi mobile untuk berbagi telah kami kembangkan dan kini siap di uji-coba-kan. Teknologinya sendiri mungkin sederhana, tetapi bila dengan perantaraan teknologi ini masyarakat Jakarta menjadi gemar berbagi – maka itulah solusi yang sesungguhnya bagi problem-problem yang selama ini belum teratasi.

Bayangkan sekarang situasinya. Anda sekarang pergi dan pulang kerja searah dengan ribuan orang lainnya – yang sangat bisa jadi sebagiannya searah dengan Anda, tetangga Anda, sekantor dengan Anda, segedung dengan Anda, dlsb.dlsb. Dari Cibubur misalnya, ada puluhan ribu kendaraan menuju Jakarta setiap pagi dan sejumlah kendaraan yang sama sore harinya pulang balik dari Jakarta.

Demikian pula dari Bogor, Bekasi, Tangerang, Serpong, Banten dlsb. Masing-masing membayar bensinnya sendiri, bahkan masing-masing sebagiannya disubsidi oleh pemerintah. Pendek kata gara-gara kita menggunakan kendaraan sendiri-sendiri inilah segala problem itu muncul. Mulai dari biaya hidup yang mahal, kemacetan, subsidi pemerintah yang tidak terbendung, polusi udara yang semakin buruk dst.

Maka solusi dengan berbagi itu menjadi ideal. Satu solusi yang bisa mengatasi sejumlah masalah sekaligus, mulai dari biaya hidup sampai kemacetan , subsidi dan polusi. Tetapi dengan siapa kita akan berbagi ?, disitulah masalahnya. Berbagi hanya dengan satu atau dua orang yang kita kenal – membuat jadwal kita tidak fleksibel dan harus bisa saling berkorban menyesuaikan. Berbagi dengan orang-orang yang tidak kenal bisa berbahaya dan menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan.

Maka teknologi yang kami perkenalkan adalah kombinasi untuk berbagi perjalanan, dengan orang-orang yang pas searah dengan perjalanan Anda pada jam yang kurang lebih sama dan orang-orang yang bisa Anda kenali jati dirinya lebih dahulu. Untuk sementara aplikasi ini tersedia bagi Anda yang menggunakan samartphone Android dan Blackberry. Solusi lain dengan iPhone, mobile web dlsb. insyaAllah akan kami susulkan.

Cara kerja berbagi ini dapat Anda ikuti melalui skema dibawah :

Cara Kerja O-JEX Ride Sharing

Pertama Anda mencari orang yang searah perjalanan Anda dengan jam yang kurang lebih sama. Orang yang searah dengan perjalanan Anda ini bisa pengemudi (bila Anda hendak menumpang) atau penumpang ( bila Anda pengemudi). Setelah menemukannya, Anda bisa cek profile yang berangkutan. Bila Anda comfortable, maka Anda bisa membuat perjalanan yang searah dengan waktu yang relatif bersamaan. Anda bisa berkomunikasi dengan orang tersebut lewat aplikasi yang sama – dan mulailah Anda berbagi untuk satu perjalanan ini. Setelah sekali menggunakannya, insyaAllah Anda akan familiar dengan system berbagi yang kami sebut O-JEX Ride Sharing ini.

Skema Pembayaran Premium Member
Berbagi ini bisa saling menggratiskan atau dengan saling berkontribusi dengan biaya tertentu. Well, mungkin Anda sungkan untuk menarik ongkos bagi orang yang menumpang mobil Anda. Ndak masalah, kami sediakan fitur premium, dimana penumpang bisa berkontribusi dengan poin untuk meringankan beban perjalanan Anda. Fitur premium ini bekerja berdasarkan prosedur seperti pada ilustrasi di samping.

Penjelasan detil cara penggunaan, cara menjadi pengguna premium dlsb. dapat Anda ituti melalui menu di system Anda (standar menu Blackberry dan Android). Di system pengaturan radius berbagi bahkan Anda bisa mendeteksi hanya orang-orang yang disekitar Anda (gedung yang sama, komplek perumahan yang sama) atau dari radius yang lebih luas – misalnya dengan orang se-Cibubur dengan radius maksimum 5 km misalnya.

Untuk radius di atas 5 km, misalnya Anda akan berbagi kendaraan pulang kampung dengan orang Jakarta yang mau bareng-bareng ke Jogja - maka inipun bisa dilakukan dengan menu search atau pencarian. Lebih detil lagi Anda dapat pelajari dari menu tur aplikasi dan tur premium – yang kami sertakan dalam aplikasi ini.

Tampilan Menu Android

Tertarik untuk menjadi orang-orang pertama yang mau berbagi ?. Silahkan download aplikasinya dari link-link dibawah ini, masing-masing beserta petunjuk instalasinya. Bila Ada kesulitan insyaAllah team teknis kami yang akan memandu Anda.

Link untuk download aplikasi O-JEX :


Cara Instalasi :

Android
1. Download file installer melalu link diatas
2. Bila download telah selesai, buka aplikasi 'File Manager' lalu buka folder 'Download' dan cari file ridesharing.apk, pilih 'Instal'
3. Ikuti langkah instalasi

Blackberry
1. Download file installer melalu link diatas
2. Tunggu hingga hasil download selesai, lalu device akan meminta di-booting ulang (reboot), langsung reboot dan tunggu hingga device menyala lagi dan aplikasi siap digunakan

Bila Anda menemukan ada masalah dalam instalasi atau penggunaannya, silahkan hubungi team support kami Big Zaman 0899 873 1849 atau melalui email : big@badr-interactive.com

Awalnya bisa jadi Anda merasa agak repot untuk menggunakannya. Tetapi coba Anda bayangkan, dengan sedikit kerepotan ini Anda bisa ikut mengatasi masalah-masalah besar yang selama ini bahkan pemerintah-pun kesulitan mengatasinya. Yaitu masalah-masalah yang terkait dengan kemacetan dan subsidi bahan bakar. Sedangkan bagi Anda sendiri reward langsung bagi Anda adalah penghematan biaya perjalanan, reward tidak langsungnya adalah semoga Allah memudahkan urusan Anda di dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya, selagi hamba itu menolong saudaranya.

Dengan belajar mengatasi kerepotan-kerepotan kecil seperti belajar menggunakan aplikasi semacam ini, mudah-mudahan kita terhindar dari kerepotan yang jauh lebih besar seperti status quo kemacetan, kemahalan biaya hidup dan subsidi bahan bakar yang hingga kini belum jelas solusinya. InsyaAllah. 

Oleh : Muhaimin Iqbal  
sumber : http://www.geraidinar.com/index.php/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1248-solusi-dengan-berbagi

Jumat, 17 Mei 2013

Budidaya Tanaman Yang Penuh Berkah…

Di antara sekian banyak tanaman yang ada di dunia, ada satu jenis tanaman yang keberkahannya secara eksplisit disebutkan di Al-Qur’an yaitu pohon zaitun (QS 24:35). Selama ini kita berasumsi bahwa zaitun ini adalah tanaman negeri-negeri Arab  dan Mediterania – karena produksi terbesar zaitun dunia memang di Mediterania – yaitu Spanyol dengan luas tanam sampai 2.33 juta hektar dengan produksi sekitar 6.94 juta ton per tahun. Mungkinkah negeri kita ini menjadi produsen besar zaitun dunia ?

Kemungkinan itu tentu selalu ada, hanya yang diperlukan adalah pikiran terbuka kita untuk mau belajar, berusaha dan terus mencoba sesuatu yang berbeda – sambil tentu saja memohon pada Yang Maha Pencipta untuk memudahkan jalan kita. Hanya Dia yang bisa menumbuhkan segala jenis pepohonan itu sebagaimana firmanNya :

Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).” (QS 27:60)

Maka jelas bila Allah berkehendak – pohon zaitun-pun akan bisa tumbuh sebaik-baiknya di negeri kita ini. Ini dari tataran Ilahiahnya, sekarang bagaimana dari tataran ikhtiari manusianya ?

Pertama dari statistik pohon-pohon yang paling banyak ditanam manusia di dunia. Zaitun menduduki nomor 3 pohon terbanyak ditanam di dunia setelah kelapa dan sawit. Menariknya adalah di dua jenis pohon yang lebih banyak dari zaitun tersebut, Indonesia berada di urutan no 2 untuk kelapa (setelah Philippine)  dan nomor 1 untuk sawit (di atas Malaysia). Luas tanaman sawit Indonesia saat ini lebih dari dua kalinya luas tanaman zaitun di Spanyol – yang merupakan penghasil zaitun terbesar dunia.

Artinya dari ketersediaan lahan, mestinya sangat cukup bagi kita untuk bisa menanam zaitun secara masif dalam jumlah yang sangat besar – seperti ketika kita menanam sawit. Sama-sama penghasil minyak, tetapi yang satu (ziatun) disebut keberkahannya secara spesifik di Al-Qur’an – mengapa tidak ini yang kita pilih ?

Apakah tanaman ini cocok ditanam di tanah kita ? pertama dahulu sawit juga bukan tanaman asli kita, awalnya dibawa penjajah Belanda konon hanya 3 atau 4 benih dari Afrika Barat. Lihat kini Indonesia menjadi produsen sawit terbesar di dunia. Kedua dari sisi geografis, zaitun tumbuh terbaik di daerah-daerah subur yang beriklim panas. Kurang apa banyaknya daerah subur yang kita miliki ? dan kurang panas apa sekarang suhu rata-rata kita ?

Tetapi mengapa kita menganggap penting zaitun ini ? pertama tentu karena keberkahannya yang disebutkan di Al-Qur’an tersebut di atas. Kedua karena keberkahan tersebut juga terbukti secara ilmiah. Bila minyak sawit banyak diperdebatkan dampaknya pada kesehatan misalnya,  minyak zaitun sebaliknya begitu banyak diberitakan manfaatnya.

Dengan begitu banyaknya bukti ilmiah yang menunjang minyak zaitun ini, sejak sekitar sepuluh tahun lalu di Amerika bahkan minyak zaitun boleh dilabeli sebagai minyak kesehatan. Diantara yang terbukti secara ilmiah itu adalah menurunkan kolesterol, menurunkan resiko penyakit cardiovascular, menurunkan tekanan darah, meningkatkan keperkasaan seksual, mengurangi resiko penyakit saluran pernafasan, anticancer, antiseptic dan antimicrobial.

Dengan mengungkapkan kelebihan minyak zaitun tersebut, tidak berarti juga serta merta kita gantikan lahan-lahan sawit dengan zaitun – meskipun nantinya bisa jadi para pemilik lahan sawit akan hijrah ke zaitun dengan sendirinya bila mengetahui nilai ekonomisnya yang juga luar biasa.

Tetapi saya lebih tertarik untuk mengarahkan pohon zaitun ini sebagai tanaman rakyat, agar sebanyaknya rakyat nantinya bisa menanam dua pohon zaitun dari jenis yang berbeda di halaman rumah-rumahnya. Perlu dua jenis karena pohon zaitun memberi hasil maksimal bila bisa terjadi polinasi dari dua jenis yang berbeda, disamping juga meminimasi penjalaran penyakit.

Pohon zaitun bisa dibudi dayakan-oleh rakyat karena bahkan untuk mengolah sampai menjadi minyakpun tidak harus membutuhkan industri. Dengan peralatan dapur yang seadanya, Anda bisa membuat minyak zaitun terbaik Anda – yaitu yang disebut EVOO (Extra Virgin Olive Oil).  Gambar di atas adalah minyak zaitun yang saya buat dengan peralatan dapur istri saya semalam.

Saya membayangkan suatu saat rakyat negeri ini tidak perlu pusing oleh mahalnya minyak goreng, kelangkaan minyak tanah dlsb. Semua bisa diproduksi sendiri dari halaman rumahnya. Memang perlu waktu untuk sampai ke sana, tetapi kalau kita mulai sekarang – insyaallah generasi anak cucu kita akan bisa mandiri dari sisi minyak yang sehat ini.

Suatu saat kita akan bisa makan goreng-gorengan yang murah, enak dan sehat karena minyaknya kita buat sendiri dari jenis minyak yang terbukti aman dan bahkan menunjang kesehatan tersebut.

Kandungan lemak buah zaitun sekitar 15.3 % , jadi cukup tinggi rendemen setiap buahnya yang bisa menjadi minyak. Produktifitas hasil buah zaitun per pohon juga bisa sangat tinggi. Ketika di awal masa berbuah mulai dari sekitar 10 kg/ pohon ; ketika pohon terus membesar hasilnya untuk jenis zaitun tertentu bisa mencapai 1 ton/ pohon.

Bentuk keberkahan lain dari phon zaitun adalah usianya yang bisa sangat panjang, salah satu pohon zaitun di Athena dimana Plato dahulu bernaung untuk mendirikan Plato Academy-nya – konon hingga kini pohon tersebut masih hidup – berarti 2400-an tahun sudah usianya.

Lantas bagaimana kita bisa mulai menanam pohon keberkahan yang usianya bisa sampai ribuan tahun ini ? Mulai dari yang kita bisa, mulai dari yang kita ada.

Setelah tulisan Kebunku Kebun Al-Qur’an yang semula saya gunakan untuk mempromosikan kurma, begitu banyak dukungan yang melengkapinya. Tidak terbatas pada knowledge tetapi juga benih dan bahkan pelatihannya untuk membangun skills yang dibutuhkan. Jadi selain kurma, untuk anggur kini kami juga sudah memiliki jalur perolehan benih dan pelatihannya untuk membangun ketrampilan berkebun anggur.

Benih Zaitun
Untuk zaitun sendiri, ada sahabat saya yang tidak sengaja menyimpan zaitun terbaik yang dibawanya langsung dari tanah Syam – yang secara spesifik disebut keberkahannya dalam ayat Al-Qur’an tersebut di atas. Dari buah segar zaitun yang dibawa langsung dari negeri Syam oleh tangan pertama inilah nantinya mudah-mudahan zaitun bisa tumbuh dan berkembang di negeri yang subur ijo royo-royo ini.

Seperti juga sawit, bisa jadi dunia menunggu kita di negeri ini untuk memproduksi secara masal kurma, anggur dan zaitun ini – tiga jenis tanaman yang paling banyak disebut dan disandingkan di Al-Qur’an. Mengapa nunggu kita ?, karena di negeri inilah lahan-lahan subur dalam skala sangat luas itu tersedia. Di negeri inilah ratusan juta  muslim tinggal, jutaan diantaranya rajin membaca Al-Qur’an, puluhan ribu diantaranya bahkan hafal Al-Qur’an – dan diantara mereka ini pastinya banyak yang sangat menguasai tafsir ayat-ayatNya dengan sangat baik.

Bila penjajah Belanda yang tidak membaca Al-Qur’an saja bisa membuat rintisan yang kemudian menjadikan Indonesia produsen sawit terbesar di dunia ?, mengapa tidak kita untuk membuat rintisan agar kurma, anggur dan zaitun bisa diproduksi secara cukup untuk umat manusia di dunia ?

Sambil terus berusaha membenihkan biji-biji dari buah zaitun segar yang dibawa langsung dari tanah Syam tersebut, kita perlu terus berdo’a memohon pertolonganNya – karena hanya dia-lah yang sanggup menghidupkan tanaman dari biji-bijian tersebut.

Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?” (QS 6:95)

InsyaAllah kami siap berbagi know-how dan skills  pada waktunya setelah eksperimen-eksperimen ini berhasil. Amin.

Oleh : Muhaimin Iqbal
sumber : http://geraidinar.com/index.php/using-joomla/extensions/components/content-component/article-categories/81-gd-articles/entrepreneurship/1245-budidaya-tanaman-yang-penuh-berkah

Selasa, 14 Mei 2013

Entrepreneurship ‘Pak Ogah’…

udah lebih dari seperempat abad fenomena ‘Pak Ogah’ exist di jalan-jalan yang tidak dijaga oleh Polisi. Tikungan sempit, u-turn, jalur sempit untuk satu mobil, jalan rusak dan sejenisnya menjadi pasar bagi jasa informal yang kemudian secara umum kita mengenalnya sebagai ‘Pak Ogah’ ini. Sebagaimana ‘penjual jasa’ , mereka ada yang sukses dan ada pula yang tidak. Karena hampir setiap hari ketemu mereka ini di perjalanan dari dan ke rumah saya di Cibubur, saya bisa ‘mengamati’ siapa ‘Pak Ogah’ yang sukses dan siapa yang tidak – bagus untuk pembelajaran entrepreneurship bagi kita semua.

Jenis pertama adalah ‘Pak Ogah’ yang tidak sukses. Yang saya amati ini berada di jalan besar dua jalur dan masing-masing jalur bisa dilewati sampai empat mobil –jalan ini adalah Jalan Raya Alternatif Cibubur. Di salah satu u-turn di depan komplek kami CitraGrand, hampir sepanjang waktu u-turn ini tidak dijaga polisi, kecuali pada saat bapak Presiden kita pulang atau pergi ke rumahnya di Cikeas – yang membuat semua u-turn sepanjang perjalanannya dijaga polisi.

Inilah nampaknya salah satu pasar yang sudah di-‘kapling’ oleh sejumlah ‘Pak Ogah’ secara bergantian. Setiap ‘jam kerja’ masing-masing, umumnya ‘Pak Ogah’ yang bekerja di sini bekerja sendirian atau kalau berdua – masing-masing mengurusi satu jalur dengan tidak berkoordinasi satu sama lain.

Value Proposition 'Pak Ogah'
Mengapa saya kategorikan tidak sukses ‘Pak Ogah’ yang disini ?, lihat posisi yang diambil pada gambar  1 disamping. Dia selalu berdiri di kanan kita (pengemudi) – pas kita sedang memutar, mungkin maksudnya agar mudah menerima uang dari para pengemudi. Tetapi sangat sedikit pengemudi yang mau memberi uang ke ‘Pak Ogah’ yang mangkal di lokasi ini, mengapa ?

Pengemudi akan cenderung menengok kekiri – melihat mobil-mobil dari arah yang berlawanan, sehingga keberadaan ‘pak Ogah’ di sisi kanannya tidak memberikan value bagi si pengemudi. Jadi meskipun potensi pasarnya besar – jalan ini sangat padat bahkan cenderung macet, ‘Pak Ogah’-nya kurang bisa menangkap peluang yang ada – karena dia salah mengambil posisi sehingga tidak bisa memberikan value proposition yang berarti bagi ‘pasar’-nya.

Perhatikan bandingannya dengan ‘Pak Ogah’ lain yang bekerja secara team di terowongan bawah tol – yang menjadi jalan belakang bagi komplek kami dan komplek-komplek lain di Cibubur. Terowongan ini hanya bisa dilalui oleh satu mobil, jadi harus bergantian dari masing-masing arah – lihat di gambar 2.

Ini menjadi pasar 24 jam bagi team ‘Pak Ogah’ yang setiap ‘jam kerja’-nya minimal bertugas dua orang – masing-masing menjagai ujung terowongan. Hampir setiap mobil yang lewat terowongan ini selalu memberi uang ke ‘Pak Ogah’ di salah satu ujung terowongannya.

Mengapa para pengemudi cenderung memberikan uang ke team ‘Pak Ogah’ yang ini ?, karena mereka berhasil memberikan value bagi para pengemudi yang harus mengantri di ujung terowongan masing-masing menunggu gilirannya lewat. Tanpa keberadaan ‘Pak Ogah’ di masing-masing ujung terowongan tersebut, pasti akan terjadi masalah ketika mobil-mobil dari arah yang berlawanan bertemu di dalam terowongan. Dengan adanya team yang bekerja dengan komunikasi isyarat yang baik dari masing-masing ujung, potensi masalah tersebut dapat dihindari di jam-jam sibuk sekalipun.

Bagi team ‘Pak Ogah’ yang bekerja di terowongan ini, pasar sebenarnya tidak terlalu besar karena ini hanyalah ‘jalan belakang’ bagi komplek-komplek yang ada di daerah tersebut. Tetapi pasar yang tidak terlalu besar ini berhasil diolahnya dengan value proposition yang memang benar-benar dibutuhkan oleh ‘pasar’-nya. Mereka nampaknya juga punya team yang baik dan lengkap dengan metode berkomunikasi, berbagi hasil, berbagi jam kerja dlsb.

Lantas pelajaran apa yang bisa kita ambil dari dua jenis ‘Pak Ogah’ ini – yaitu yang sukses dan yang tidak ?. Yang tidak sukses hanya melihat potensi pasar yang besar, tetapi tidak berhasil merumuskan value proposition yang dibutuhkan pasarnya. Dia juga tidak membangun team yang bisa merealisasikan value proposition tersebut.

Yang sukses dia tidak harus menggarap potensi pasar yang besar. Pasar yang kecil sekalipun – tetapi bila pasar ini bener-bener dilayani dengan fokus, dengan value proposition yang dapat dirasakan langsung oleh ‘pasar’nya – maka pasar yang kecil inipun bisa menghasilkan pendapatan yang besar. Yang sukses ini bekerja secara team yang efektif dalam berkomunikasi dan berbagi waktu serta hasil.

Di bisnis apapun yang (ingin) Anda terjuni, siapkan value proposition ini secara maksimal – yaitu apa yang Anda (akan) berikan ke pasar Anda yang lebih dari yang lain, yang bener-bener menjawab kebutuhan pasar atau bener-bener mengatasi problem yang mereka hadapi. Untuk merealisasikan value proposition inipun sangat bisa jadi Anda butuh team yang mampu berkomunikasi dan berbagi dengan baik. InsyaAllah Anda menjadi ‘Pak Ogah’ yang sukses dibidang Anda masing-masing. Amin.

Oleh : Muhaimin Iqbal

Rabu, 08 Mei 2013

Antara Marocco, California dan Jonggol…


2000 Years Food Forest - Marocco
Di tengah kegersangan Marocco ada hutan tanaman pangan (food forest) yang konon telah berusia 2000 tahun dan hingga kini masih lestari dan terus menghidupi sekitar 800-an penghuninya. Di padang pasir California ada suatu daerah desert resort yang disebut Palm Springs - dahulunya adalah reservation bagi suku Indian Cahuillayang telah hidup di daerah tersebut selama 500 tahun. Di Jonggol ada sejengkal lahan yang kami jadikan ajang untuk belajar merekonstruksi ecosystem. Apa hubungan ketiganya ?

Hutan tanaman pangan yang lestari selama ribuan tahun di Marocco tersebut memiliki tanaman pelindung dari kurma (Phoenix dactylifera), kemudian tanaman yang hidup dibawahnya adalah hampir seluruh jenis tanaman buah yang disebut di Al-Qur’an seperti zaitun, tin, delima, pisang, anggur dlsb.

Daerah asli suku Indian Cahuilla di California tersebut di atas, oleh para penjajah barat hingga kini disebut Palm Springs – karena di tempat teduh di tengah padang pasir ini banyak dinaungi pepohonan Fan Palm dari keluarga palma yang dalam bahasa latin disebut Washingtonia filifera. Di daerah ini juga banyak memancar sumber-sumber mata air – maka daerah ini disebut Palm Springs, yang terjemahan bebasnya adalah mata air- mata air dari pohon palma !

Washingtonia filifera - Menjaga Mata Air di Palm Springs
Di daerah Jonggol yang kami coba pakai untuk belajar me-rekonstruksi ecosystem adalah suatu dusun yang disebut Rawagede. Sesuai namanya dahulu ada rawa besar di tempat ini, namun rawa besar tersebut telah mengering sejak beberapa puluh tahun terakhir. Tinggalah sedikit sisa mata air ditempat ini – yaitu di tempat yang ditumbuhi pohon aren (Arenga piñnata) atau masyarakat setempat menyebutnya pohon atep (karena daunnya biasa dipakai untuk membuat atap).

Marocco, California dan Jonggol adalah tiga tempat yang sangat berjauhan dari sisi geografis, sangat berbeda dari sisi budaya dan sangat jauh terpisah dari sisi waktu mulai peradabannya. Namun ketiganya ada yang menguhubungkan satu sama lain, ketiganya berkeluarga dalam keluarga besar tanaman – yaitu yang disebut keluarga palma atau family Aracaceae !. Keluarga palma ataufamily Aracaceae inilah yang diciptakan Allah untuk memancarkan mata air di masing-masing tempat tersebut.

Suku Indian Cahuilla kecil sekali kemungkinannya bisa belajar dari orang Marocco, demikian pula Suku Sunda yang menanam pohon atep kecil sekali kemungkinannya mereka belajar dari Suku IndianCahuilla atau dari orang Marocco – namun ketiganya memiliki ke-‘arifan lokal’ yang sama untuk menanam tanaman dari kaluarga Palma tertentu – yang mereka yakini dan buktikan dengan berlalunya waktu bahwa pohon-pohon ini mampu menghadirkan atau setidaknya mempertahankan keberadaan mata air.

Tiga fenomena di tempat yang berjauhan dari sisi waktu dan geografis tersebut mestinya dapat menambah pelajaran keimanan bagi kita bahwa Allah - Tuhan yang menciptakan tanaman Kurma untuk orang Marocco, adalah Allah yang sama yang menciptakan Washingtonia filifera untuk masyarakat Suku Indian Cahuilla, Allah – Tuhan yang sama pula yang menciptakan pohon atep bagi Suku Sunda.

Tanda-tanda kekuasaanNya yang tertulis dengan begitu jelas di alam tersebut ternyata sejalan pula dengan ayat-ayatNya yang tertulis di KitabNya : “Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air” (QS 36:34).

Pohon Atep - Menjaga Mata Air Di Jonggol
Bila orang Marocco perlu waktu ribuan tahun melalui hutan tanaman pangannya untuk membuktikan bahwa pohon kurma dapat menjadi tanaman ideal untuk menghadirkan dan mempertahankan mata air, Suku Indian perlu waktu ratusan tahun untuk mengenali manfaatWashingtonia filifera, demikian pula orang Sunda perlu bergenerasi untuk membangun ke-‘arifan lokal’ tentang manfaat pohon atep – maka petunjuk melalui wahyu itu memberik kita ilmu yang melompati ruang dan waktu.

Dengan petunjuk wahyu dan ilmuNya kita tidak harus melakukan perjalanan jauh ke Marocco atau ke California, tidak perlu membuktikan beribu tahun - kita cukup mentadaburi ayat-ayatNya di Jonggol – kemudian mengamalkannya saat ini juga – maka insyaAllah kita akan bisa membangun hutan tanaman pangan dan sekaligus mengamankan cadangan mata air kita sendiri sekarang dan nanti. Blue print yang sama dari Sang Maha Pencipta yang sama, kita hanya tinggal mengimplementasikannya saja.

Hutan tanaman pangan di Marocco yang saya ceritakan dalam tulisan ini - atas kebaikan salah satu pembaca situs ini - Anda bisa saksikan videonya melalui link ini.  Food Forest ini juga dapat menjadi contoh nyata tentang suatu konsep pertanian/perkebunan yang berkesinambungan atau yang disebut permaculture - dengannya insyaAllah kitadapat mengamankan kebutuhan pangan kita sekaligus juga mengamankan lingkungan dalam jangka panjang. Sekali dibangun, dia akan hidup kerkesinambungan sampai beribu tahun kemudian. Betapa indahnya kalau kita bisa berbuat amal yang seperti ini ? ikut memberi makan dan minum bagi dunia sampai beribu tahun yang akan datang. Bila orang Marocco dengan teknologi seadanya bisa melakukannya dengan sangat baik sejak ribuan tahun lalu, mengapa kita tidak  ?

Perumahan Menyerbu Dari Kejauhan - Kurang 1 Km Lagi Sampai Mata Air Yang Kita Jaga
Kita memang perlu rumah untuk tempat tinggal sementara kita sekarang di dunia – untuk ini kita keluarkan begitu banyak biaya untuk membangunnya, dan untuk ini pula kita mengorbankan begitu banyak sumber kehidupan dalam pengadaan lahannya. Mengapa tidak sebagian dari lahan-lahan tersebut kita  pertahankan kelestariannya, kita tanam dan tumbuhkan pohon-pohonan yang kita niatkan untuk bisa  menghidupi generasi anak cucu kita entah sampai berapa ratus atau ribu tahun yang akan datang.

Dengan ini kita mungkin harus mengorbankan sebagian dari rumah sementara kita di dunia, tetapi dengan ini pula kita bisa berpengharapan semoga Allah memberi kita rumah yang permanen kelak di surgaNya. Amin.

Oleh : Muhaimin Iqbal

Pemerintah Selalu Bisa Menurunkan Harga BBM…


Kita mungkin memang lagi hidup di jaman yang serba tidak enak. Harga bahan pangan terus naik, harga bahan bakar terus melambung, ke-aneka ragaman hayati terus berkurang, hujan menimbulkan banjir, kemarau menimbulkan kelangkaan air dan pendek kata masih ada segudang keluhan lainnya. Tetapi ‘alhamdulillah ‘ala kulli haal, mestinya masih tidak kurang banyaknya yang bisa kita syukuri. Bagaimana caranya ?, salah satunya dengan ‘memahami’ apa yang sedang terjadi – contohnya pada harga BBM.

Wacana kenaikan harga BBM di media hari-hari ini memang banyak menimbulkan keresahan di masyarakat, penyebabnya utamanya adalah masyarakat pasti mudah menghitung dampaknya pada biaya hidup yang akan mereka pikul. Apalagi dalam sejarah kenaikan harga BBM ini pasti juga segera diikuti kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya.

Keresahan ini makin menjadi-jadi ketika pihak yang berkompeten dalam memutus harga ini – yaitu pemerintah – nampakmbingungi sendiri. Sempat muncul ide konyol dengan dua harga – sempat menggoda sebagian rakyat untuk berfikir yang tidak-tidak, sebelum akhirnya kembali ke rute yang lebih normal – yaitu menaikkan harga tetapi tetap satu harga.

Agar kita bisa lebih mudah memahami bahwa memang ‘waktu’nya pemerintah menaikkan harga ini, saya menggunakan perhitungan harga premium sebagai contoh dengan menggunakan poin. Kalkulator poin ini dapat Anda peroleh diwww.indobarter.vom atau www.unilanx.com.

Logika poin ini adalah karena harga kambing setara dengan 1 Dinar sejak jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hingga kini, maka dengan timbangan yang sama yaitu Dinar atau Emas mestinya harga barang-barang lain juga dapat dilihat kewajarannya. Tetapi karena satuan Dinar terlalu besar yaitu lebih dari Rp 2 juta per Dinar saat ini, saya gunakan pecahan 1/10000 Dinar atau 1 ¢¢ Dinar yang saya sebut 1 poin.

Harga Premium 1970-2013
Nah dengan menggunakan poin ini, kita bisa melihat kewajaran harga premium sejak lebih dari  40 tahun lalu (1970) seperti pada grafik di samping. Harga premium tertinggi adalah tahun 1970 ketika 1 liter premium seharga Rp 25,- tetapi dalam poin saat itu setara dengan 119 poin. Setelah itu harga premium terus melonjak dalam Rupiah tetapi cenderung turun dalam poin.

Harga premium terendah yang kita nikmati saat ini yaitu Rp 4,500/liter yang di tahun 2012 kemarin ini setara hanya dengan 20 poin saja. Kalau toh pemerintah menaikkan menjadi Rp 6,500/liter tahun 2013 ini, dalam hitungan poin ini hanya setara dengan 32 poin atau jauh lebih rendah dari rata-rata harga premium dalam 40 tahun terakhir yang berada di kisaran 54 poin/liter.

Dari perhitungan ini kita tahu bahwa kenaikan harga dalam Rupiah adalah hanya masalah angka, bukan masalah daya beli, angkanya tinggi tetapi dalam daya beli riilnya rendah.

Bahwasanya kenaikan harga BBM dalam satuan uang Rupiah selalu menjadi kontroversi di negeri ini adalah karena perhatian kita selalu pada angka Rupiah-nya bukan pada daya beli riil-nya.

Maka apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah agar setiap penyesuaian harga BBM (dalam angka Rupiah) tidak berdampak pada kericuhan nasional adalah fokus pada perbaikan daya beli yang ada di masyarakat. Atau dengan kata lain juga yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah fokus pada pengendalian inflasi Rupiah.

Kalau saja pemerintah bisa mengendalikan nilai Rupiah sejalan dengan nilai emas (Dinar) dalam 40 tahun terakhir atau lebih, maka dari waktu ke waktu pemerintah tidak perlu menimbulkan kepanikan di masyarakat dengan menaikkan harga BBM.

Sebaliknya pemerintah akan sering menebar kabar gembira ke masyarakat manakala pemerintah harus menurunkan harga BBM seperti yang tercermin di garis merah dalam grafik tersebut di atas. Hanya saja karena pemerintah tidak melakukan yang seperti ini, maka apa salahnya kita menghibur diri dengan memahami penurunan harga BBM itu dari kacamata Dinar atau poin kita sendiri !.

Oleh : Muhaimin Iqbal

NEET : Penyakit Generasi Pemuda…



Majalah ekonomi terkemuka dunia yang berbasis di London – The Economist – pekan lalu mengungkap fakta yang mengejutkan. Bahwa di seluruh dunia ada sekitar 300 juta pemuda usia 15-24 tahun atau mewakili sekitar 25 % pemuda dunia di rentang usia tersebut yang kini dalam status menganggur total. Mereka tidak bekerja, tidak sekolah dan tidak sedang menjalani pelatihan sehingga disebut NEET singkatan dari Not in Employment, Education or Training. Bagaimana kita bisa mencegah atau mengobati generasi pemuda yang berpenyakit NEET ini ?

NEET ini adalah penyakit yang merusak pemuda lebih dari penyakit fisik pada umumnya. Yang dirusak oleh NEET adalah mental, karena bila sampai pemuda mengalami NEET pada usia emas pengembangan dirinya – maka lebih kecil kemungkinannya untuk bisa berkembang setelah melewati usia emas ini. Penyakit ini seperti wabah yang menular dengan sangat cepat ke seluruh dunia – maka seluruh pihak harus aware dan segera berbuat untuk mencegah penularannya dan mengobati mereka yang telah terlanjur terjangkit.

Sebagaimana penyakit pada umumnya, untuk mencegah atau mengobatinya kita perlu tahu apa yang menyebabkan penyakit tersebut. Menurut majalah tersebut di atas ada tiga penyebab penyakit NEET ini, tetapi saya sendiri mengidentifikasi setidaknya ada lima fenomena ekonomi dunia yang menumbuh kembangkan penyakit NEET ini.

Pertama adalah Low Growth atau pertumbuhan ekonomi yang rendah. Sejak krisis financial global 2008, dunia tertatih-tatih berusaha me-recovery diri dari krisis yang belum sepenuhnya pulih hingga kini. Dampaknya hampir di seluruh dunia terjadi pertumbuhan ekonomi yang melamban. Pertumbuhan yang melamban membuat perusahaan-perusahaan dunia menghentikanrecruitment baru atau bahkan mengurangi tenaga kerjanya. Walhasil pengangguran di usia pemuda meningkat 30% sejak krisis 2008 sampai sekarang.

Kedua adalah Clogged Labor Markets atau kebuntuan pasar tenaga kerja. Ini umumnya disebabkan oleh kombinasi penyebab pertama dengan paradox peraturan ketenagaan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang melamban membuat perusahaan enggan menciptakan lapangan kerja baru, sementara peraturan pemerintah yang terlalu melindungi tenaga kerja – membuat perusahaan sulit mempensiunkan tenaga kerja yang sudah tidak lagi produktif sekalipun. Akibatnya perusahaan-perusahaan memilih jalan aman dengan mengoptimalkan tenaga kerja lama dan tidak menerima tenaga kerja baru.

Ketiga adalah Education Mismatch atau ketidak sesuaian lulusan sekolah/perguruan tinggi dengan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri. Akibatnya mirip dengan penyebab kedua, yaitu perusahaan memilih tenaga kerja trampil yang siap pakai – yang kadang harus dibajak dari perusahaan lain, ketimbang memilih tenaga kerja baru yang belum siap.

Keempat adalah Disruptive Innovation yaitu inovasi-inovasi yang membuat proses produksi dan proses business berjalan lebih efisien sehingga mengurangi tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan di jaman ini cenderung memilih solusi technologydengan tenaga kerja minimal ketimbang solusi-solusi yang padat karya.

Kelima adalah Globalization dimana negara-negara yang bisa memproduksi barang atau jasa secara efisien akan kebanjiran order produksi sementara negara yang tidak efisien akan kebanjiran pengangguran. Penyakit kelima ini antara lain yang akan kita hadapi dalam ASEAN Economic Community (AEC) ketika pasar dan basis produksi tunggal berlaku di ASEAN 2015 nanti.

Setelah kita tahu lima penyebab utama wabah penyakit NEET tersebut di atas, maka kini tinggal mengobatinya satu per satu.

Pertama Low Growth harus bisa diubah menjadi High Growth Economy, seluruh pihak harus fokus pada pertumbuhan ekonomi. Hentikan kepentingan-kepentingan golongan, kelompok atau daerah. Ibarat perusahaan, di negeri ini harus ada pemimpin yang nyinyir yang teriak sana – teriak sini sambil terus meng-orkestrasi-kan pertumbuhan yang harmonis di seluruh sektor dan daerah. Secara nasional harus ada pejabat-pejabat yang accountable yang di antara KPI-nya (Key Performace Indicator) adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia secara menyeluruh.

Di daerah-daerah KPI para gubernur, bupati dan walikota harus juga menyangkut pertumbuhan ekonomi di daerahnya masing-masing - mereka harus menjadi pedal gas untuk pertumbuhan dan bukan pedal rem yang mengerem pertumbuhan dengan berbagai peraturan yang mempersulit ekonomi tumbuh di daerahnya.

Kedua Clogged Labor Market atau kebuntuan pasar tenaga kerja harus dicarikan solusi yang kreatif dan inovatif – yaitu kombinasi solusi dari sisi peraturan ketenaga kerjaan dan dorongan atau insentif agar pekerja-pekerja yang potensi menjadientrepreneur difasilitasi oleh perusahaan maupun pemerintah. Ini akan menjadi solusi ganda karena posisi yang ditinggalkan oleh mantan tenaga kerja yang menjadi entrepreneur akan dapat diisi oleh tenaga kerja yang lebih muda, pada saat yang bersamaan entrepreneur tersebut dapat menciptakan lapangan tenaga kerja baru bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Ketiga Education Mismatch dapat diatasi bila perguruan-perguruan tinggi dan sekolah-sekolah lebih banyak mendengar kebutuhan industri dan kebutuhan pasar tenaga kerja. Ini masalah klasik yang tidak kunjung selesai, padahal apa sulitnya bagi para peneliti di perguruan tinggi juga sekali-kali meneliti apa sih yang dibutuhkan industri atau pasar itu ?, dari sini mereka harus menyesuaikan kurikulumnya agar para lulusannya lebih siap diserap oleh pasar tenaga kerja. Di Departemen Pendidikan-pun harus ada media untuk menilai kinerja perguruan tinggi – berdasarkan rasio keterserapan lulusannya di pasar tenaga kerja.

Keempat Disruptive Innovation adalah seperti pedang bermata dua, satu sisi dibutuhkan dan satu sisi lainnya membahayakan korbannya. Maka kelahiran inovasi-inovasi baru harus diantisipasi dampaknya – agar tidak ada yang menjadi korban, kalau toh terpaksa ada yang menjadi korban – maka harus dicarikan solusinya untuk hal lain yang juga produktif.

Kelima Globalization harus dijadikan peluang bukan ancaman, artinya kita harus bisa membangun kompetensi yang unggul di pasar global – lebih unggul dari negara-negara pesaing kita. Kita harus pandai memilih bidang-bidang apa yang kita lebih berpeluang unggul, kita harus fokus membangun dan menajamkan keunggulan ketimbang sibuk mengatasi kelemahan. Mengapa demikian ?

Kalau kita sibuk memperbaiki kelemahan, paling kita hanya akan menjadi rata-rata saja karena kelemahan tertutup sementara kunggulan kita tidak terbangun. Bila kita fokus pada keunggulan, maka kita akan unggul di suatu sektor sementara masih ada kelemahan di sektor lain – ini tidak maslah karena di era pasar global yang saling melengkapi kini kita bisa bermain nichedengan satu atau dua keunggulan yang sungguh-sungguh unggul – maka itupun cukup.

Ambil contoh dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN – AEC 2015, saya tidak menganjurkan negara kita mengikuti langkah yang ditempuh Thailand menutupi kelemahannya dengan memaksakan rakyatnya belajar bahasa Inggris. Kalau ini kita lakukan,  akan sangat melelahkan, membuang resources yang sangat besar baik dari sisi dana maupun waktu bagi tenaga kerja - sedangkan hasilnya hanya akan menjadikan kita rata-rata saja. Kalau orang Indonesia semua berhabasa Inggris-pun, kita hanya akan sama dengan Singapore, Malaysia dan Philippine  yang rakyatnya sudah lebih dahulu terbiasa berbahasa Inggris.

Bayangkan kalau effort yang sama kita pakai untuk memperbaiki fokus petani kita pada buah atau tanaman yang kita unggulkan, memperbaiki tata guna lahan kita sehingga tidak ada lagi lahan di negeri ini yang ditelantarkan. Maka betapa banyak tenaga muda negeri ini yang akan terserap untuk intensifikasi penggarapan lahan-lahan pertanian kita tersebut. Bisa dibayangkan pula betapa banyak produksi hasil bumi yang akan bisa kita hasilkan. Maka keunggulan dalam menyerap tenaga kerja sekaligus memproduksi hasil bumi ini – akan menjadi keunggulan unique negeri ini yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain di ASEAN atau bahkan di dunia.

Intinya kita punya sumber daya internal untuk bisa mencegah mewabahnya penyakit NEET itu di negeri ini, meskipun tentu saja ini tidak akan mudah. Setidaknya kita harus mulai menyadarinya bahwa ada penyakit yang mengancam generasi muda kita – kemudian dengan kerja keras, kerja cerdas dan mengandalkan petunjukNya semata – maka insyaAllah kita akan bisa menjadi bangsa yang unggul, dimana pemudanya adalah asset dan bukan liability.

Bagi para pemuda, agar diri Anda sungguh-sungguh menjadi Asset bagi umat dan bagi keluarga Anda, hindarkan diri Anda semaksimal mungkin dari penyakit NEET ini. Bagaimana caranya ?, bekerjalah dengan apa saja yang Anda bisa – sejauh tidak melanggar hukum negara apalagi hukum agama. Jangan biarkan ijazah Anda justru membelenggu tangan Anda untuk mulai bekerja, umat dan bangsa ini menunggu karya Anda !.

Oleh : Muhaimin Iqbal