Jenis
pertama adalah ‘Pak Ogah’ yang tidak sukses. Yang saya amati ini berada
di jalan besar dua jalur dan masing-masing jalur bisa dilewati sampai
empat mobil –jalan ini adalah Jalan Raya Alternatif Cibubur. Di salah
satu u-turn di depan komplek kami CitraGrand, hampir sepanjang waktu u-turn ini tidak dijaga polisi, kecuali pada saat bapak Presiden kita pulang atau pergi ke rumahnya di Cikeas – yang membuat semua u-turn sepanjang perjalanannya dijaga polisi.
Inilah
nampaknya salah satu pasar yang sudah di-‘kapling’ oleh sejumlah ‘Pak
Ogah’ secara bergantian. Setiap ‘jam kerja’ masing-masing, umumnya ‘Pak
Ogah’ yang bekerja di sini bekerja sendirian atau kalau berdua –
masing-masing mengurusi satu jalur dengan tidak berkoordinasi satu sama
lain.
Pengemudi
akan cenderung menengok kekiri – melihat mobil-mobil dari arah yang
berlawanan, sehingga keberadaan ‘pak Ogah’ di sisi kanannya tidak
memberikan value bagi si
pengemudi. Jadi meskipun potensi pasarnya besar – jalan ini sangat padat
bahkan cenderung macet, ‘Pak Ogah’-nya kurang bisa menangkap peluang
yang ada – karena dia salah mengambil posisi sehingga tidak bisa
memberikan value proposition yang berarti bagi ‘pasar’-nya.
Perhatikan
bandingannya dengan ‘Pak Ogah’ lain yang bekerja secara team di
terowongan bawah tol – yang menjadi jalan belakang bagi komplek kami dan
komplek-komplek lain di Cibubur. Terowongan ini hanya bisa dilalui oleh
satu mobil, jadi harus bergantian dari masing-masing arah – lihat di
gambar 2.
Ini
menjadi pasar 24 jam bagi team ‘Pak Ogah’ yang setiap ‘jam kerja’-nya
minimal bertugas dua orang – masing-masing menjagai ujung terowongan.
Hampir setiap mobil yang lewat terowongan ini selalu memberi uang ke
‘Pak Ogah’ di salah satu ujung terowongannya.
Mengapa para pengemudi cenderung memberikan uang ke team ‘Pak Ogah’ yang ini ?, karena mereka berhasil memberikan value
bagi para pengemudi yang harus mengantri di ujung terowongan
masing-masing menunggu gilirannya lewat. Tanpa keberadaan ‘Pak Ogah’ di
masing-masing ujung terowongan tersebut, pasti akan terjadi masalah
ketika mobil-mobil dari arah yang berlawanan bertemu di dalam
terowongan. Dengan adanya team yang bekerja dengan komunikasi isyarat
yang baik dari masing-masing ujung, potensi masalah tersebut dapat
dihindari di jam-jam sibuk sekalipun.
Bagi
team ‘Pak Ogah’ yang bekerja di terowongan ini, pasar sebenarnya tidak
terlalu besar karena ini hanyalah ‘jalan belakang’ bagi komplek-komplek
yang ada di daerah tersebut. Tetapi pasar yang tidak terlalu besar ini
berhasil diolahnya dengan value proposition
yang memang benar-benar dibutuhkan oleh ‘pasar’-nya. Mereka nampaknya
juga punya team yang baik dan lengkap dengan metode berkomunikasi,
berbagi hasil, berbagi jam kerja dlsb.
Lantas
pelajaran apa yang bisa kita ambil dari dua jenis ‘Pak Ogah’ ini –
yaitu yang sukses dan yang tidak ?. Yang tidak sukses hanya melihat
potensi pasar yang besar, tetapi tidak berhasil merumuskan value proposition yang dibutuhkan pasarnya. Dia juga tidak membangun team yang bisa merealisasikan value proposition tersebut.
Yang
sukses dia tidak harus menggarap potensi pasar yang besar. Pasar yang
kecil sekalipun – tetapi bila pasar ini bener-bener dilayani dengan
fokus, dengan value proposition
yang dapat dirasakan langsung oleh ‘pasar’nya – maka pasar yang kecil
inipun bisa menghasilkan pendapatan yang besar. Yang sukses ini bekerja
secara team yang efektif dalam berkomunikasi dan berbagi waktu serta
hasil.
Di bisnis apapun yang (ingin) Anda terjuni, siapkan value proposition
ini secara maksimal – yaitu apa yang Anda (akan) berikan ke pasar Anda
yang lebih dari yang lain, yang bener-bener menjawab kebutuhan pasar
atau bener-bener mengatasi problem yang mereka hadapi. Untuk
merealisasikan value proposition
inipun sangat bisa jadi Anda butuh team yang mampu berkomunikasi dan
berbagi dengan baik. InsyaAllah Anda menjadi ‘Pak Ogah’ yang sukses
dibidang Anda masing-masing. Amin.
Oleh : Muhaimin Iqbal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar